Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Jumat, 22 April 2011

Tumpahan Minyak di Laut


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut merupakan suatu lahan yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang kesemuanya dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi ditutup oleh perairan atau lautan dan lebih dari 90% kehidupan biomasa di planet bumi hidup di laut. Oleh karenanya lautan merupakan bagian penting dari kelangsungan hidup manusia, kita dapat membayangkan jika lautan kita tercemar atau rusak sehingga sebagian dari biomasa itu tercemar. Sementara 60% populasi manusia bumi ini tinggal di 60 km dari sebuah pantai yang sangat bergantung pada hasil laut. Oleh karenanya semua komponen negara bertanggungjawab dan wajib melestarikan kondisi dan keberadaan laut sesuai wujudnya termasuk didalamnya mencegah pencemaran.
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Definisi Pencemaran Laut
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian (Clark R.B.2003).
2.2. Tumpahan Minyak
         Indonesia sebagai negara kepulauan yang diapit oleh dua benua menjadikan perairan Indonesia sebagai jalur perdagangan dan transportasi antar Negara. Banyak kapal-kapal pengangkut minyak maupun kargo barang yang melintasi perairan Indonesia yang menyebabkan negara kita sangat rentan terhadap polusi laut. Ditambah dengan posisi Indonesia sebagai penghasil minyak bumi, dimana di beberapa perairan dan pelabuhan Indonesia dijadikan sebagai terminal bongkar muat minyak bumi, termasuk juga bermunculannya bangunan pengeboran lepas pantai yang dapat menambah resiko tercemarnya perairan Indonesia. Karena itu di beberapa daerah yang terdapat terminal bongkar muat minyak di kategorikan oleh Pemerintah sebagai kawasan tingkat pencemaran tinggi, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Lampung dan Sulawesi Selatan. Tabel 1 memperlihatkan beberapa kasus pencemaran laut akibat tumpahan minyak di Indonesia.   

          Dari rentetan kejadian yang tercantum dalam tabel 1, kita dapat melihat bahwa kecenderungan terjadinya polusi laut akibat tumpahan minyak semakin meningkat. Akibat kejadian ini banyak nelayan kita yang tinggal di sekitar kejadian tidak dapat melaut untuk mencari ikan dan penghasilan mereka semakin menurun. Pencemaran laut ini mengakibatkan matinya ikan-ikan laut dan atau berpindahnya ikan-ikan dari lokasi pantai. Sementara nelayan kita hanya memiliki fasilitas penangkapan yang seadanya, kapal-kapal mereka tidak dapat menangkap ikan lebih jauh dari pantai. Ironisnya lagi tidak jarang aspirasi masyarakat yang berada disekitar kejadian seringkali tidak terwakili dalam hal rehabilitasi dan konpensasi
          Minyak yang tumpah ke atas permukaan air cenderung untuk menyebar ke arah luar sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis. Kecenderungan untuk menyebar ini merupakan pengaruh dua gaya fisis yaitu gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Dalam gerakannya yang menyebar itu tumpahan minyak diperlambat oleh gaya inersia dan gaya viskos. Oleh karena itu penyebaran tumpahan minyak dihitung dalam tiga regime yang berubah dalam waktu yaitu regime gravitasi‑inersia, regime gravitasi‑viskos, dan  regime tegangan permukaan.
                    Dalam memenuhi tuntutan hasil model matematis yang mudah diinterpretasi, perlu dikembangkan suatu aplikasi visualisasi animasi model matematis yang interaktif, yang dapat memudahkan interpretasi dan analisis terhadap hasil model, sehingga model tersebut lebih aplikatif dan user friendly. Hal tersebut juga dapat diterapkan pada model tumpahan minyak, guna menunjang proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam penanggulangan bencana tumpahan minyak di laut.
           
2.3. Faktor Pencemaran
        Terjadinya kontak atau terpaparnya (exposure) sumberdaya pesisir dan laut terhadap minyak dapat terjadi secara langsung dan tak langsung. Kemudian dalam menentukan apakah suatu sumberdaya pesisir dan laut telah mengalami kerusakan (injury) atau tidak, satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mendemonstrasikan adanya keterpaparan minyak dengan sumberdaya. Dengan demikian, penjelasan keterpaparan dalam keseluruhan pendugaan kerusakan (injury assessment) sumberdaya pesisir dan laut adalah menentukan. Dalam hal ini akan dapat diketahui adanya kontak sumberdaya dengan minyak, baik langsung maupun tidak langsung, memperkirakan jumlah atau konsentrasi minyak yang tumpah, dan memperkirakan luasan tumpahan minyak. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggambarkan keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut yaitu: tipe minyak, volume tumpahan, dampak pembersihan, tipe pantai, ukuran butir sedimen, tinggi pasang surut, kondisi cuaca, perilaku serta kehidupan biota, jangka waktu kontak, dan pendekatan untuk kajian kontak.
          Minyak (petroleum) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon dan unsur-unsur mikro (trace elements). Biasanya minyak digambarkan berdasarkan keadaan fisiknya, seperti berat jenis (densitas), titik lebur (pour point), dan komposisi kimiawi (perbandingan hidrokarbon, aspal, dan belerang). Walaupun sangat kompleks sifatnya, minyak dapat dibagi ke dalam empat kelompok utama, yaitu: alkana (alkanes), naphtana (napthenes), aromatik (aromatics), dan alkene (alkenes) dan terdapat juka kelompok lainnya. Alkana (disebut juga normal paraffins): dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah methane, propane, dan isobutene. Naphtana (napthenes, disebut juga cycloalkanes atau cycloparaffins): 50% dari minyak mentah biasanya merupakan naphtana. Kelompok ini mirip dengan alkana, akan tetapi dibedakan dari keberadaan cincin atom karbon tertutup yang masih sederhana. Naphthana biasanya bersifat stabil dan relative tidak larut dalam air. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain cyclopropane dan cyclopentane. Aromatik (Aromatics): adalah kelas hidrokarbon dengan karakteristik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan kemungkinan kontak dengan sumberdaya hayati perairan. Contoh dalam kelompok ini adalah benzene, naphthalene, and benzo(a)pyrene. Alkene (Alkenes, disebut juga olefins atau isoparaffins): memiliki karakteristik yang mirip dengan alkana, namun mempunyai ikatan ganda atom karbon. Alkene biasanya tidak ditemukan pada minyak mentah, namun lebih banyak terdapat pada produk-produk olahan (refinery), seperti minyak tanah (gasoline). Alkene yang umum ditemukan adalah ethene dan propene. Komponen lain: selain empat komponen utama penyusuan minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin. Komponen lain tersebut kadangkala terdapat dalam jumlah besar, sehingga membuat minyak menjadi sangat padat dan kental.
         Beberapa sifat minyak yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat kerusakan sumberdaya pesisir dan laut antara lain:  berat jenis (density),kekentalan (viscosity),  titik lebur (pour point),  kelarutan (solubility), komposisi kimiawi (percent aromatics); dan potensi untuk menjadi emulsi. Setiap jenis minyak tentu saja memiliki sifat-sifat yang berlainan, sehingga karakteristik masing-masing jenis minyak dapat dibedakan dari satu jenis ke jenis lainnya, atau biasa disebut memiliki finger print yang berbeda.

2.3.1. Menyebar
Setelah minyak tumpah minyak akan tersebar ke seluruh permukaan lau dalam satu lapisan. Kecepatan penyebarannya tergantung pada tingkat viskositas minyak. Minyak yang viskositasnya rendah dan berbentuk cair menyebar lebih cepat di bandingkan minyak yang viskositasnya tinggi. Naming demikian lapisan minyak menyebar dengan cepat dan menutupi wilayah permukaan laut. Penyebaran minyak tidak merata. Setelah beberapa jam lapisan tersebut akan pecah dank arena pengaruh angin aksi gelombang dan turbulensi air laut akan memebtuk segerombol tipis. Tingkat penyebaran minyak juga di tentukan oleh kondisis umum seperti temperature, arus laut, pengaruh pasang dan kecepatan angin. Makin berat kondisinya makin cepat penyebaran dan pecahnya minyak (Clark R.B,2003).
2.3.2. Evaporasi
Dalam banyak kasus pencemran minyak, penguapan merupakan proses yang terpenting dalam hal keseimbangan massa. Dalam beberapa hari semenjak pencemaran minyak mentah ringan dapat melepaskan 75% dari massa awalnya dan medium menjadi 40 % lebih encer sebaliknya minyak mentah berat atau residu akan melepaskan tidak lebih dari 10% dari volume awalnya pada beberapa hari setelah tumpahan (Clark R.B,2003).
2.3.3. Dispersi
Gelombang dan turbulensi di permukaan laut dapat mengakibatkan seluruhnya atau sebagian dari lapisan minyak pecah menjadi beberapa bagian dan tetesan yang ukurannya bervariasi. Ini akan tercampur ke dalam lapisan atas pada kolom air. Beberapa dari tetesan yang lebih kecil akan tertinggal dan tersuspensi pada air laut sementara tetesan yang lebih besar akan cenderung naik ke permukaan di mana tetesan-tetesan ini mungkin tidak bergabung dengan tetesan lain dan membentuk lapisan atau tersebar membentuk lapisan tipis. Minyak yang tersuspensi dan tersisa di air tersebar lebih luas dari pada sebelum disperse terjadi. Hal ini mendorong terjadinya prose salami lain seperti disolusi,biodegradsai, dan sedimentasi (Clark R.B,2003).
2.3.4. Emulsifikasi
Emulsifikasi merupakan proses pembentukan berbagai fase air di dalam minyak umum disebut sebagai mousse oleh pekerja di pertambangan minyak. Emulsi ini mengubah karakteristik dari tumpahan minyak secara signifikan. Emulsi stabil mengandung antara 60-85% air yang membuat volume awalnya membesar 3-5 kali. Berat jenis dari emulsi yang di hasilkan sebesar 1,3 g/ml di bandingkan berat jenis awalnya yang berkisar antara 0,80-0,95 g/ml (Clark R.B,2003).
2.3.5. Disolusi
Senyawa air yang larut dalam minyak dapat tersebar ke seluruh perairan. Hal ini tergantung pada komposisi dan keadaan minyak, dan terjadi lebih cepat ketika minyak terdispersi dengan baik di kolom perairan. Komponen yang mudah larut dalam air laut adalah komponen hidrokarbon ringan seperti benzene atau toluene. Komponen ini juga merupakan komponen yang pertama kali hilang akibat evaporasi sebuah proses yang 10-100 kali lebih cepat dari pada disolusi. Minyak yang hanya mengandung sedikit saja komponen ini akan mengakibatkan disolusi menjadi salah satu proses yang kurang penting (Clark R.B,2003).
2.3.6. Oksidasi
Minyak mentah merupakan campuran kompleks dari bahan-bahan organic umumnya hidrokarbon. Oksidasi mengubah campuran ini menjadi senyawa-senyawa baru dan mengatur distribusi dari residu berdasarkan kemampuan oksidasinya.hasil oksidasi dari semua bahan organic bila di berikan oksigen tidak terbatas adalah konversi dari karbondioksida dan air. Pad proses ini hidrokarbon teroksidasi menjadi alcohol, keton, dan asam-asam organic. Hasil oksidasi merupakan senyawa yang lebih dapat larut di air dari pada senyawa hidrokarbon awal sebelum di turunkan. Oksidasi pada minyak mentah dimediasi oleh dua proses yaitu foto oksidasi dan microbial oksidasi yang menyediakan energy untuk menjalankan reaksi oksidasi (Clark R.B,2003).
Saat minyak terekspos sinar matahari dari oksigen di lingkungan maka fotooksidasi dan oksidasi microbial aerob terjadi pula saat tidak terdapat oksigen dan sinar matahari pada lingkungan anaerobic terjadi. Hal yang mempengaruhi fotooksidasi adalah spekktrum dan intensitas cahaya, karaktersitik optis dari permukaan air yang telah di modifikasi oleh hidrokarbon dan bahan-bahan serta partikel lain karakteristi optis dari hidrokabon dan keberadaan baha activator dan katalisator (Clark R.B,2003).
2.3.7.   Sedimentasi atau Sinking
Sinking merupakan mekanisme di mana minyak yang berat jenisnya lebih besar dari air akan di pindahkan ke lapisan bawah. Minyak itu sendiri dapat memiliki berat jenis lebih besar dari air atau dapat mengikat lebih banyak sedimen sehingga menjadi lebih padat dari air. Sedimentasi merupakan proses perubahan minyak menjadi sedimen tersuspensi yang akhirnya akan diam di kolom air dan terakumulasi pada dasar perairan. Terdapat perbedaan signifikan pada jumlah relative dari minyak yaitu proses sunking ninyak dapat mengandung beberap persen sedimen di mana sedimen yang terkontaminasi terakumulasi yang di dasar perairan akan mengandung hanya beberapa persen minyak sedimentasi memerlukan mekanisme untuk minyak agar menjadi sedimen salah satu mekanisme antara lain adalah pemberian butiran minyak yang disebarkan di kolom perairan oleh zooplankton dan ekskresi minyak dalam pellet yang tenggelam ke dalam dasar perairan (Clark R.B,2003).
2.3.8. Biodegradasi
         Air laut mengandung sejumlah mikroorganisme atau mikroba yang mendegradasi minyak ke senyawa air bahkan ke karbondioksida dan air secara bertahap atau langsung. Banyak jenis mikroba yang tertinggal dan masing-masing cenderung mendegradasi sejumlah bagian khusus pada minyak mentah. Bagaimanapun beberapa komponen pada minyak sangat tahan terhadap pemecahan dan mungkin tidak dapat terdegradasi. Faktor utama yang mempengaruhi efisisensi biodegradasi adalah tingkat nutrient ( N dan P ) di air, suhu dan tingkat oksigen yang tersedia. Seperti biodegradasi memerlukan oksigen proses ini dapat terjadi pada antara permukaan air-minyak walauoun tidak ada oksigen yang tersedia bagi minyak itu sendiri. Terjadinya tetesan minyak baik oleh disperse alami maupun secara kimia akan memperluas permukaan minyak dan meningkatkan area yang tersedia untuk keberlangsungan proses biodegradasi (Clark R.B,2003).
2.4. Sumber Pencemaran Minyak Di Laut
2.4.1. Operasi Kapal Tanker
Produksi minyak dunia diperkirakan sebanyak 3 milyar ton per tahun dan setengahnya dikirimkan melalui laut. Setelah kapal tanker memuat minyak kargo, kapal pun membawa air ballast (sistem kestabilan kapal menggunakan mekanisme bongkar-muat air) yang biasanya ditempatkan dalam tangki slop. Sampai di pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan minyak dalam tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop. Tangki muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet, proses pembersihan tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti dengan air ballast baru untuk kebutuhan pada pelayaran selanjutnya (Sofyan,2001).
Hasil buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini pun dialirkan ke dalam tangki slop. Sehingga di dalam tangki slop terdapat campuran minyak dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan dengan memompakannya ke tangki penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak dapat disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal tanker (Sofyan,2001).
2.4.2. Docking (Perbaikan atau Perawatan Kapal)
         Semua kapal secara periodik harus dilakukan reparasi termasuk pembersihan tangki dan lambung. Dalam proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya semua galangan kapal harus dilengkapi dengan tangki penampung limbah, namun pada kenyataannya banyak galangan kapal tidak memiliki fasilitas ini, sehingga buangan minyak langsung dipompakan ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking ini (Sofyan,2001).
2.4.3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan, namun banyak juga dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak menimbulkan resiko kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia (Sofyan,2001).
2.4.4. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Umumnya semua kapal memerlukan proses balas saat berlayar normal maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka air balas tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan minyak. Selain air balas, juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan Internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air, namun pada kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan Internasional dibuang ke laut (Sofyan,2001).
2.4.5. Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton per tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan setempat (Sofyan,2001).
2.4.6. Kecelakaan Tanker
Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di perairan Selat Malaka adalah karena dangkalnya perairan, dimana kapal berada pada muatan penuh. Tercatat beberapa kasus kecelakaan besar di dunia antara lain pada 19 juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic Empress di perairan Tobacco yang menumpahkan minyak sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak kalah besarnya adalah kasus terbakarnya kapal Haven pada tahun 1991 di perairan Genoa Italia, yang menumpahkan minyak sebesar 144.000 ton (Sofyan,2001).


BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu Dan Tempat
Pada praktikum pencemaran laut ini dilakukan pada:
Waktu                  : Pukul 09.30 s/d Selesai
Tempat                 : Laboratorium Komputasi, Kelautan Universitas Diponegoro,                                   Tembalang, Semarang
Tanggal                :  Jum’at 18 Juni 2010
3.2. Metodologi
            adapun cara kerja dari praktikum pencemaran laut ini yaitu:
  1. Buka software Trajectory calculator
  2. Kemudian masukkan untuk data angin dan data arus, untuk nilai arah dan kecepatan
  3. Pada satuan arus, jangan lupa untuk diganti dengan m/s
  1. Pada pengisian latitude perhatikan untuk kotak S dan E nya.


  1. Jangan lupa untuk penggantian imperial dan matric nya

  1. Kemudian printscane hasilnya




BAB IV
HASIL
4.1. Hasil
4.1.1. Letak Geografis 108°27’20’’E - 6°16’8’’S dengan Arah dan kecepatan Angin = 45°       dan 6 knot dan Arah dan Kecepatan Arus = 90° dan 3 m/s
                        Imperial                                                           Matric




BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari data dan penjelasan praktikum diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
  1. Pencemaran minyak di laut berasal dari beberapa sumber, yaitu: tumpahan minyak karena operasional rutin kapal dan kecelakaan kapal, pelimpasan minyak dari darat (down the drain), terbawa asap (up in smoke), eksplorasi dan eksploitasi lepas pantai, pipa transportasi minyak, tank cleaning, dan perembesan alami (natural seeps). Sumber terbesar terjadinya pencemaran minyak di laut adalah pelimpasan minyak dari darat
  2. Minyak (petroleum) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon dan unsur-unsur mikro (trace elements) Dari data diatas didapatkan dengan nila imperial dan matricnya diantara :
1. Imperial       : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,1nm
    Matric          : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,3 km
2. Imperial       : kecepatan 0,2 knot dan pada jarak 0,2nm
    Matric          : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,3 km
3. Imperial       : kecepatan 0,2 knot dan pada jarak 0,2nm
    Matric          : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,5 km
4. Imperial       : kecepatan 0,3 knot dan pada jarak 0,3nm
    Matric          : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,5 km
5. Imperial       : kecepatan 0,3 knot dan pada jarak 0,3nm
    Matric          : kecepatan 0,1 knot dan pada jarak 0,5 km



DAFTAR PUSTAKA

Clark R.B.2003.Marine Pollution. Oxpord University Press. New York.
Husseyn Umar.2003.Masalah Pembangunan dan Penegakan Hukum Kelautan di    Indonesia,       Seminar Pemberdayaan Perhubungan Laut Dalam Abad XXI,           Jakarta.
JICA-Dephub.2002. The Study for The Maritime Safety Development Plan in       Republic of     Indonesia.
Sofyan.2001.Desentralisai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Suatu Peluang          dan      Tantangan. Makalah Falsafah Sain. PPS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar