Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Jumat, 22 April 2011

PENGARUH PERENDAMAN RUMPUT LAUT COKLAT SEGAR (Phaeophyta) TERHADAP MUTU ALGINAT YANG DIHASILKAN


PENGARUH PERENDAMAN RUMPUT LAUT COKLAT SEGAR (Phaeophyta)
TERHADAP MUTU ALGINAT YANG DIHASILKAN

1.1. PENDAHULUAN
         Dalam dunia industri dan perdagangan, alginat dikenal dalam bentuk asam alginat atau garam alginat. Penggunaan alginat yang terbesar adalah pada industri tekstil, kemudian industri pangan, industri kertas, dan industri farmasi. Salah satu terobosan yang sangat tepat dalam hubungannya dengan upaya peningkatan pemanfaatan sumberdaya rumput laut adalah dengan cara mengolahnya menjadi produk natrium alginat. Natrium alginat biasanya diolah menggunakan bahan baku rumput laut coklat yang sudah dikeringkan. Supaya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengeringan rumput laut coklat, maka dilakukan penelitian menggunakan bahan baku rumput laut coklat segar (setelah dipanen). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan teknik produksi natrium alginat menggunakan rumput laut segar dan pengaruh perendaman rumput laut coklat segar dalam larutan basa serta mengamati mutu fisiko-kimia dari natrium alginat yang dihasilkan. Apabila pengolahan ini berhasil tidak menutup kemungkinan pabrik pengolahan Na-alginat ditempatkan dekat dengan bahan baku rumput laut coklat jenis Sargassum sp.
          Alginat adalah istilah untuk senyawa dalam bentuk garam dan turunan asam alginat. Asam alginat (yang tersusun dari polimer : asam d-mannuronat dan L-guluronat) digambarkan berupa karbohidrat yang membentuk koloid hidrofilik yang diekstraksi dengan garam alkali dari bermacam-macam jenis alga laut coklat. Alginat merupakan phycocolloid yang terdapat pada rumput laut dari kelas Phaeophycea (rumput laut coklat). Penghasil alginat adalah rumput laut coklat antara lain dari jenis Sargassum dan Turbinaria yang sampai sekarang dipanen dari alam. Pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia masih terbatas pada jenis Sargassum sp. saja yang dimanfaatkan secara komersial sebagai obat antikanker, sedangkan jenis Turbinaria belum dimanfaatkan secara komersial.

1.2. ISI                        
          Rumput laut coklat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Sargassum filipendula yang dipanen dari perairan Karang Ranjang, Binuangeun (Kabupaten Malingping, Propinsi Banten) dengan panjang thallus berkisar antara 30–40 cm. Rumput laut coklat setelah dipanen dimasukkan ke dalam bak plastic ditambah air laut secukupnya, Rumput laut coklat dicuci dengan air tawar bersih sambil dipisahkan sisasisa karang, kotoran, lumut, pasir, jenis rumput laut lain, dan kotoran lainnya,
          kemudian ditiriskan selama 30 menit. Untuk mendapatkan kadar air Na-alginat yang rendah bisa diperoleh dengan memperbaiki teknik ekstraksi terutama pada tahap pengeringan. Perbaikan teknik pengeringan dapat dilakukan dengan penggunaan oven yang telah diatur suhu dan lama pengeringannya. penurunan kadar abu dapat dilakukan dengan cara memperhatikan setiap proses terutama setelah pembentukan asam alginat dimana proses pencucian asam alginat hingga mendekati netral akan menurunkan kadar mineral Na-alginat. bahan tambahan yang diberikan selama ekstraksi dapat dibersihkan dengan cara pencucian dengan air.
          Viskositas adalah parameter mutu Na-alginat yang sangat diperlukan karena penilaian terhadap Na-alginat ditentukan oleh tingginya viskositas tersebut. bahwa viskositas Na-alginat yang dihasilkan dari rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula dengan panjang thallus 41–50 cm lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas Na-alginat dari rumput laut coklat yang memiliki panjang thallus lebih rendah dari 41 cm.  bahwa kandungan asam alginat dari batang alga spesies Laminaria pada tanaman yang telah tua relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan yang masih muda. Kekentalan larutan alginat akan menurun akibat pemanasan yang terlalu lama. Pada pemanasan yang terlalu lama akan berakibat terjadinya degradasi molekul dan selanjutnya mengakibatkan penurunan kekentalan.
          Asam alginat diproduksi dengan cara ekstraksi alga coklat (Phaeophyceae) dan banyak digunakan sebagai bahan pembentuk gel dan pengental yang bersifat thermoreversibel dalam berbagai bidang industri, juga dipakai sebagai suspending emulsifying, dan stabilizing agent. Senyawa Alginat yang umum dikenal adalah Natrium Alginat
     Pada proses un tuk mendapatkan alginate pada jenis rumput laut coklat ini membutuhkan beberapa perlakuan yang harus diperhatikan untuk mendapatkan nilai mutu dari alginate yang diinginkan, adapun dari beberapa proses ataupun teknik – teknik yang harus diperhatikan yang diantaranya yaitu mulai dari pencucian/desortasi, perendaman, perlakuan terhadap larutan – larutan, pencucian dan penirisan, proses ekstraksi, penyaringan, pemucatan/pemutihan, pengendapan asam alginate, pengendapan natrium alginate, pemurnian dan pengeringan.
                
1.3. PEMBAHASAN
          Dalam melakukan suatu penelitian haruslah mempunyai perencanaan yang matang baik dari segi manapun, untuk menunjang dari proses penelitian itu berlangsung demi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan maksimal. Tidak terjadi dengan beberapa kali ulangan yang pada akhirnya belum juga mendapatkan hasil yang maksimal. Yang Ditinjau dari segi penggunaan bahan baku terlihat penggunaan yang lebih banyak bila menggunakan rumput laut coklat segar, namun dalam prakteknya penggunaan bahan baku rumput laut coklat juga membutuhkan jumlah yang sama.
          Pada dasarnya semua algae coklat mengandung alginate namun kebanyakan alginate yang diproduksi secara komersial diisolasi dari sejumlah kecil species. Hal ini berkaitan dengan karakteristik dari natrium alginate yang dihasilkan berbeda- beda pada setiap jenis algae coklat.
           Alginate merupakan polisakarida yang mewakili yang berada pada membrane karet pada rumput laut coklat atau phaeophyta yang sangat penting pada komponen dinding sel. Alginate mempunyai efek emulsi, stabilizer suspensi dan dissolve pada perairan dingin. Pada proses ekstraksi, asam alginat diubah menjadi natrium alginat yang memiliki sifat dapat larut dalam air. Semakin tinggi suhu ekstraksi maka konversi akan semakin tinggi, sehingga lebih banyak asam alginat yang dapat diubah menjadi natrium alginat. panjangnya rantai polimer menentukan mutu alginat. Semakin panjang rantainya, semakin besar berat molekulnya dan semakin besar nilai viskositasnya. Kekentalan yang dihasilkan sesuai dengan alginat yang terekstrak, bila sebagian besar yang terekstrak alginat berbobot molekul tinggi maka alginat yang dihasilkan mempunyai nilai viskositas tinggi. Dan sebaliknya bila yang terekstrak berbobot molekul rendah maka alginat yang dihasilkan mempunyai nilai viskositas rendah.  
         Berdasarkan analisis ragam apabila menggunakan dengan selang kepercayaan 95 % diketahui bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar air natrium alginat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan semua perlakuan mengalami proses pengeringan yang sama yaitu dengan menggunakan bantuan sinar matahari.
         Untuk mendapatkan kadar air Na-alginat yang rendah bisa diperoleh dengan memperbaiki teknik ekstraksi terutama pada tahap pengeringan. Perbaikan teknik pengeringan dapat dilakukan dengan penggunaan oven yang telah diatur suhu dan lama pengeringannya. untuk menghasilkan Ca-alginat yang menggunakan oven sebagai alat pengeringnya dengan rata-rata kadar air tertentu. Dan apabila memakai Kadar abu tertinggi diperoleh dari perlakuan perendaman rumput laut coklat dalam suatu larutan HCl (SH), sedangkan apabila kadar abu terendah dipeoleh dari perlakuan perendaman rumput laut coklat dalam larutan KOH Perlakuan perendaman rumput laut dalam larutan KOH 0,1 % (SKO) mampu mengurangi mineral dalam bahan sehingga dapat menghasilkan kadar abu yang lebih rendah. diketahui bahwa perendaman rumput laut dalam berbagai konsentrasi KOH memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar abu dari natrium alginat yang dihasilkan. penurunan kadar abu dapat dilakukan dengan cara memperhatikan setiap proses terutama setelah pembentukan asam alginat dimana proses pencucian asam alginat hingga mendekati netral akan menurunkan kadar mineral Na-alginat.
           Pada viskositas tertinggi diperoleh dari perlakuan perendaman rumput laut dalam larutan KOH 0,1 % (SKO), sedangkan viskositas terendah diperoleh dari perlakuan tanpa perendaman (SK). Berdasarkan dari hipotesa yang ada analisis ragam dengan selang kepercayaan 95 % diketahui bahwa masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai viskositas natrium alginat yang dihasilkan. Nilai kekentalan Na-alginat sangat tergantung pada umur panen rumput laut coklat, teknik ekstraksi (konsentrasi, suhu, pH, dan adanya kation logam polivalen) dan berat molekul rumput laut yang diekstrak.
           Jika digunakan rumput laut dengan panjang thallus yang kecil akan dihasilkan Na-alginat dengan viskositas yang rendah, sedangkan bila digunakan rumput laut dengan thallus yang panjang akan dihasilkan viskositas yang tinggi. alginat yang dihasilkan dari rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula dengan panjang thallus 41–50 cm lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas Na-alginat dari rumput laut coklat yang memiliki panjang thallus lebih rendah dari 41 cm. bahwa kandungan asam alginat dari batang alga spesies Laminaria pada tanaman yang telah tua relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan yang masih muda. Kekentalan larutan alginat akan menurun akibat pemanasan yang terlalu lama. Pada pemanasan yang terlalu lama akan berakibat terjadinya degradasi molekul dan selanjutnya mengakibatkan penurunan kekentalan Perlakuan tanpa perendaman (SH) memiliki nilai rendemen tertinggi karena di dalam natrium alginat yang dihasilkan masih banyak unsur-unsur lain seperti selulosa, protein dan mineral-mineral lainnya. Hal ini dapat diperjelas dengan kecilnya nilai viskositas yang dimiliki oleh perlakuan tersebut. Rendemen Na-alginat yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan rumput laut segar ternyata lebih besar dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan rumput laut yang sudah dikeringkan. Rendemen Na-alginat yang diekstraksi dari rumput laut coklat yang sudah dikeringkan sebelum diekstraksi Ditinjau dari segi penggunaan bahan baku terlihat penggunaan yang lebih banyak bila menggunakan rumput laut coklat segar,
           Dalam prakteknya penggunaan bahan baku rumput laut coklat juga membutuhkan jumlah yang sama. Keuntungan dari penggunaan bahan baku rumput laut coklat segar adalah tidak lagi melakukan pengeringan, transportasi rumput laut coklat kering dan pengemasan serta penyimpanan, sehingga akan mengurangi biaya-biaya produksi.


1.4. KESIMPULAN
     Dari uraian singkat tentang pengaruh perendaman pada rumput laut coklat terhadap nilai mutu alginate yang dihasilkanya, maka dapat diambil ringkasan yang diantaranya yaitu :
1.      Rumput laut dari jenis phaeophyta merupakan jenis rumput laut yang mempunyai kandungan alginate yang nilai mutunya cukup baik.
2.      Parameter – parameter terhadap proses perendaman sebelumproses ekstraksi, merupakan bagian dari pengaruh yang akan mempengaruhi dari mutu alginate yang dihasilkanya.
3.      faktor viskositas merupakan factor yang mempengaruhi dari nilai mutu alginate yang dihasilkanya, dan juga dilihat dari jenis umur rumput laut itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Basmal J, Yunizal, Tazwir. 2002. Pengaruh kombinasi perlakuan kalium hidroksida            dan natrium karbonat dalam ekstraksi natrium alginat terhadap kualitas      produk yang dihasilkan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan,   Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar