Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Sabtu, 23 April 2011

konservasi lamun


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekositem Lamun
Lamun (seagrasses) adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di perairan yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yan gmerayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara (Nontji, 1993).

Zonasi dan Adaptasi Lamun
Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan sering membentuk padang yang lebat dan luas di perairan tropik. Sifat-sifat lingkungan pantai. Terutama dekat estuari, cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan lamun. Namun seperti halnya mangrove, lamun juga hidup di lingkungan ysng sulit. Pengaruh gelombang, sedimentasi, pemanasan air, pergantian pasang dan surut dan curah hujan, semuanya dihadapi dengan penyesuaian morfologik dan faal.
Penyesuaian morfologik dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya daun yang seperti rumput, lentur dan sistem akar dari rimpang yang meluas mampu bertahan terhadap pengaruh ombak, pasut dan pemindahan sedimen di pantai yang dangkal Lamun yang hidup di perairan yang terkena pemanasan yang intensif sehingga suhu air meniggi lebih banyak berupa varietas yang berdaun kecil. Berikut berbagai jenis lamun (Romimohtarto, 2001).

Zona Habitat Lamun di Indonesia
Menurut Bengen (2001) habitat lamun secara umum di Indonesia dikelompokkan menjadi 7 zona sesuai dengan jenis lamunnya yaitu :
·      Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata ; Terdapat di daerah intertidal, umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove.
·      Enhalus acoroides ; Tumbuh pada substrat berlumpur dan perairan keruh, dapat membentuk jenis tunggal atau bahkan mendominasi komunitas padang lamun.
·      Halodule pinifolia, H. decipiens, H. minor, H. Ovalis ; Pertumbuhannya cepat, dan merupakan jenis pionir. Umum dijumpai pada substrat berlumpur, dapat merupakan jenis yang dominan di daerah intertidal dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25 meter.
·      Halodule univervis dan Halodule spinulosa ; Membentuk padang lamun jenis tunggal pada rataan terumbu karang yang sudah rusak.
·      Syringodinium isoetifolium ; Umum di jumpai didaaerah subtidal dangkal dan berlumpur.
·      Thalassia hemprichii ; Paling banyak di jumpai, biasa tumbuh dengan jenis lain dan dapat tumbuh hingga kedalaman 25 meter, sering di jumpai pada substrat berpasir.
·      Thalassodendron ciliatum ; Sering mendominasi daerah subtidal dan berasosiasi dengan terumbu karang.             

Pemanfaatan Lamun
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada  pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan   yang  datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain  itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun (Nontji, 1993).
Menurut Bengen (2001), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut  dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui  bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1.      Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
2.      Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai  jenis ikan herbivora dan  karang.
3.      Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang  lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Rimpang dan akar lamun dapat menahan  dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan  dan menstabilkan dasar permukaaan.
4.      Sebagai pendaur zat hara
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Nybakken (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain :
1)  Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I   tekanantekanan dari  arus dan gelombang.
2)  Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
3)  Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
4)  Daun-daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5)  Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6)  Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selanjutnya dikatakan Nybakken (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1)  Digunakan untuk kompos dan pupuk.
2)  Cerutu dan mainan anak-anak.
3)  Dianyam menjadi keranjang.
4)  Tumpukan untuk pematang.
5)  Mengisi kasur.
6)  Ada yang dimakan.
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk :
1)  Penyaring limbah.
2)  Stabilizator pantai.
3)  Bahan untuk pabrik kertas.
4)  Makanan.
5)  Obat-obatan.
6)  Sumber bahan kimia.

Komunitas Hewan pada Lamun
Komunitas hewan di padang lamun berdasarkan struktur mikrohabitatnya  serta pola kehidupan hewannya terbagi dalam empat kategori, yaitu :
·      Kategori pertama ialah biota yang hidup di daun, yaitu :
1. Flora epifit dan mikro serta meiofauna yang hidup didalamnya (protozoa, foraminifera, nematoda, polichaeta, rotifera, tardigroda, copepoda, dan juga antropoda).
2.  Fauna sesil (hydrozoa,actinia,bryozoa, polychaeta, dan juga ascidia).
3.  Epifauna yang bergerak merayap dan berjalan di daun (gastropoda, polychaeta, tulbellaria, crusracea, dan beberapa echinodermata).
4. Hewan-hewan yang bergerak tetapi dapat beristirahat di daun (mysidacea, hydromedusae, chepalopoda dan syngnathidae).
·      Kategori kedua adalah biota yang menempel batang dan rimpang, misalnya jenis polychaeta, dan amphipoda.
·      Kategori ketiga adalah spesies yang bergerak hidup di perairan bawah tajuk daun berupa ikan, udang, dan cumi-cumi. Hewan-hewan yang bergerak ini dibagi lagi dalam  empat sub kategori berdasarkan periode mereka tinggal di padang lamun :
a.  Penghuni tetap,
b.  penghuni musiman,
c.  penghuni temporal, dan
d. penghuni yang tidak menentu.
·      Kategori keempat ialah hewan-hewan yang hidup dalam sediment, misalnya semua jenis bentos baik yang infauna maupun epifauna (Bengen, 2000)





BAB III
METODOLOGI
                                                            
3.2  Alat dan Bahan
Ekosistem lamun
Alat dan bahan  :
§  Transek kuadran ukuran 1 x 1 meter, dengan sub transek 25cm x 25cm.
§  Transek kuadran ukuran 1 x 1 meter, dengan sub transek 10 cm x 10 cm
§  Masker, snorkel dan fin.                                                 
§  Sabak dan pensil.
§  Buku Identifikasi

Cara kerja  :
Garis transek ditarik sejajar garis pantai dan tegak lurus garis pantai. Jumlah tegakan lamun yang ada dalam transek dihitung dan dicatat dalam  bidang transek kuadran yang terbagi menjadi 16 sub-transek.
Hitung % penutupan masing – masing jenis lamun yang ditemukan dengan rumus  :       C =  å (Mi x fi)
                                                              å F        
dimana :      C         =  % penutupan
M         =  % nilai tengah kelas
f           =  frekuensi
Lalu lakukan identifikasi terhadap jenis–jenis lamun yang ditemukan beserta biota biota yang ada di sekitar daerah lamun tersebut

 
Lamun yang terdapat di Karimun Jawa
  1. Enhalus acoroides
Ciri – ciri morfologi dari Enhalus acoroides adalah :
a.                                                                                       Bentuk fisiknya paling besar dibanding spesies lamun yang lain.
b.      Daun berwarna hijau pekat.
c.       Daunnya panjang dan kebar seperti sabuk.
d.      Lebar daun + 3 cm.
e.       Panjang daun berkisar antara + 30 – 150 cm.
f.       Rimpangnya berdiameter lebih dari 1 cm.
                                                                 (Moriaty, 1989).

  1. Thalassia hemprichii
Daun bercabang dua ( distichous ), tidak terpisah, akar tidak tertutupi dengan jaringan hitam, dengan serat – serat kasar. Rimpangnya berbuku – buku, panjang daun maksimal 8,5 cm, serta ujung daun membukit dan kasar.

  1. Cymodocea rotundata
Ciri – ciri morfologi dari Cymodocea rotundata adalah :
a.                                                                                                   Tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi.
b.                                                                                                  Akar pada tiap nodus terdiri dari 2 – 3 helai.
c.                                                                                                   Akar tidak bercabang tidak punya rambut akar.
d.                                                                                                  Tulang daun sejajar.
e.                                                                                                   Jumlah tulang daun pada selembar daun adalah + 9 – 15 buah.
f.                                                                                                   Lebar daun dari samping ke samping + 4 mm.
g.    Jarak antar nodus + 1 cm.
h.    Tiap nodus hanya ada satu tegakan.
i.      Tiap tegakan terdiri dari 3 – 4 helai daun (Nybakken, 1992).

  1. Cymodocea serrulata
Ciri – ciri morfologi dari Cymodocea serrulata adalah :
a.                                                                                                   Tepi daun bergerigi / seperti gergaji.
b.                                                                                                 Akar tiap nodus banyak dan bercabang.
c.                                                                                                  Tulang daun sejajar.
d.                                                                                                 Lebar daun dari samping ke samping + 1 cm.
e.                                                                                                  Jarak antar nodus + 2 cm.
f.                                                                                                  Jumlah tulang daun pada sehelai daun antara 13 – 17 buah.
g.        Tiap nodus hanya ada satu tegakan.
h.        Satu tegakan terdiri dari 2 – 3 helai daun (Moriaty, 1989).

  1. Halodule uninervis
Ciri – ciri morfologi dari Halodule uninervis adalah :
a.                                                                                                          Tiap nodus hanya terdiri dari satu tegakan.
b.                                                                                                         Tiap tangkai daun terdiri dari 1 sampai 2 helai daun.
c.                                                                                                          Tiap nodus berakar tunggal dan banyak. Tidak bercabang.
d.                                                                                                         Rimpangnya berbuku – buku.
e.                                                                                                          Jarak antar nodus + 2 cm.
f.                                                                                                          Ujung daun merbentuk gelombang menyerupai huruf W (Nontji, 1993).





  1. Halophila ovalis
Ciri – ciri morfologi dari Halophila ovalis adalah :
a.                                                                                                Tiap nodus terdiri dari 2 tegakan.
b.          Mempunyai akar tunggal di tiap nodus.
c.                                                                                                Tulang daun menyirip dan berjumlah + 10 – 25 pasang.
d.          Jarak antar nodus + 1,5 cm.
e.           Panjang helai daun + 10 – 40 mm.
f.                                                                                                 Panjang tangkai daun yaitu + 3 cm (Romimohtarto, 2001).

Lamun

                 Lamun merupakan tumbuhan laut yang memiliki interaksi yang erat dengan biota – biota di sekitarnya, sehubungan dengan fungsi ekologisnya sebagai produsen primer, sediment trap, tempat tinggal, tempat berlindung, tempat berpijah (spawning ground), dan tempat asuhan (nursery ground) bagi biota – biota tersebut

Menurut Romimohtarto (2001) Thalassia hemprichii adalah jenis yang dominan yang terdapat pada rataan terumbu karang baik yang berdasar pasir atau puing dari karang mati. Pada habitat ini jenis tersebut dapat membentuk padang lamun yang luas dengan sedikit penyertaan yang terdiri dari Halophila ovalis, Cymodoea serrulata.  Tumbuhan ini terdapat pula pada dasar lumpur yang berpasir dan lumpur lembek. Dilokasi tersebut Thalassia hemprichii tidak berperan sebagai jenis utama tetapi bersama-sama denghan Enhalus acoroides dan Halophila ovalis.
Menurut Nontji (1993), lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir sering dijumpai di terumbu karang, lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Padang lamun merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktifitas organiknya. Ke dalam air dan pengaruh pasang surut serta struktur substrat mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya. Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.
Lamun terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 50-60 m. Namun mereka tampak sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesiesnya lebih banyak terdapat di daerah tropik. Semua tipe substrat dihuni oleh lamun ini. Mulai dari lumpur encer sampai batu-batuan, tetapi kebun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak.tersebut. Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka boleh dikatakan ekosistem lamun terletak di antara 2 ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang.  Dengan letak yang berdekatan dengan 2 ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolisasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem
Untuk persen cover semua spesies setiap transek, persen cover tertinggi berada pada transek dua dengan tiga kali pengulangan persen cover antara 20%-40%. Pada transek satu persen cover antara 16%-40% dan pada transek tiga 11%-24%. Pada transek satu dan dua kelimpahan spesiesnya juga tinggi. Terdapat tujuh spesies pada kedua transek dengan tiga kali pengulangan. Pada transek ketiga hanya terdapat tiga spesies yaitu, Thalassia hemprichii, E. Acoroides dan Cymodocea serrulata.
Perbedaan penyebaran dan persen cover setiap spesies dipengaruhi oleh karakteristik ekologi masing-masing spesies berbeda. Satu spesies tertentu memiliki karakteristik tertentu untuk dapat hidup pada habitat yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki masing-masing spesies.


KESIMPULAN

1.      Spesies yang penyebarannya luas adalah Thalassia hemprichii, E. Acoroides dan Cymodocea serrulata. Thalassia hemprichii adalah jenis yang dominan yang hidup bersama-sama dengan E. Acoroides dan Cymodocea serrulata.
2.      Perbedaan penyebaran dan persen cover setiap spesies dipengaruhi oleh  karakteristik ekologi masing-masing spesies berbeda.
3.      Karakteristik ekologi yang mempengaruhi penyebaran lamun adalah suhu, salinitas, kekeruhan, kedalaman, nutrien dan substrat.





1 komentar: