Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Sabtu, 23 April 2011

INSTRUMENTASI KELAUTAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
       Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang behubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Pancaindera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas. Oleh karena itu, banyak masalah mengenai benda atau organism yang akan di amati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam pengamatan, terutama dalam bidang biologi adalah Mikroskop (Latin Micro = kecil + scopium = penglihatan). Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati obyek yang sangat halus sekalipun. Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan penggunaan tertentu dan dengan bermacam kelengkapannya pula. Mikroskop yang sering digunakan dalam bioloigi adalah Mikroskop Cahaya, baik yang berlensa okuler tunggal atau dikenal dengan Mikroskop Monokuler maupun yang berlensa okuler ganda atau yang dikenal dengan Mikroskop Binokuler.
       Dalam praktikum instrumentasi kelautan ini membahas tentang mikroskop, cara penggunaanya serta objek-objek yang diamati yang diantaranya yaitu sisik ikan, insang, artemia, spirulina, chlorella, anabaena dan nanocloropsis yang semuanya termasuk dalam golongan pisces, plangkton dan mikroalga. Untuk alat yang digunakan sewaktu pengamatan yaitu digunakan mikroskop. mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda- benda yang sangat kecil, misalnya rambut, bakteri dan sel sehingga tampak jelas. Mikroskop sederhana terdiri dari dua buah lensa positif (cembung). Lensa positif yang berdekatan dengan mata disebut lensa okuler. Lensa ini berfungsi sebagai lup. Lensa positif yang berdekatan dengan benda disebut lensa objektif. Jarak titik api lensa objektif lebih kecil dari pada jarak titik api lensa okuler.




1.2. Tujuan Praktikum
1.      Mengetahui fungsi dan mengenal bagian-bagian dari mikroskop
2.      Mengatahui cara-cara menjalankan dan penggunaan dari mikroskop
3.      Mengetahui kepadatan dari mikroalga yang diamati
4.      Mengetahui jenis fitoplankton yang diamati
5.      Mengetahui cara penghitungan jumlah mikroalga pada media haimocytrometer


1.3. Manfaat Praktikum
1.      Praktikan dapat mengenal bagian-bagian mikroskop serta dapat menjalankan mikroskop dengan prosedur yang benar.
2.      Praktikan dapat mengetahui cara penghitungan dari jumlah mikroalga pada media haimocytrometer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroskop
     Mikroskop adalah alat optik untuk mengamati benda- benda yang sangat kecil, misalnya rambut, bakteri dan sel sehingga tampak jelas. Mikroskop sederhana terdiri dari dua buah lensa positif (cembung). Lensa positif yang berdekatan dengan mata disebut lensa okuler. Lensa ini berfungsi sebagai lup. Lensa positif yang berdekatan dengan benda disebut lensa objektif. Jarak titik api lensa objektif lebih kecil dari pada jarak titik api lensa okuler. Oleh karena itu, banyak masalah mengenai benda atau organism yang akan di amati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam pengamatan, terutama dalam bidang biologi adalah Mikroskop (Latin Micro = kecil + scopium = penglihatan). Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati obyek yang sangat halus sekalipun. Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan penggunaan tertentu dan dengan bermacam kelengkapannya pula. oskop elektron pertama didesain oleh Knoll dan Ruska di Jerman pada tahun 1932.  
     Pada mikroskop ini, pancaran elektron digunakan untuk mengungkap objek yang lebih kecil dari 2000 amstrong, dimana objek sekecil ini tidak mungkin dilihat oleh mikroskop cahaya.  Elektron yang dilepas dari filamen metal yang dipanaskan ditempatkan pada ruang hampa dikumpulkan dan difokuskan pada objek melalui lensa kondenser elektromagnetik.  Setelah elektron dilewatkan pada objek, mereka dikumpulkan lagi oleh kumparan elektromagnet yang berfungsi sebagai lensa objektif.  Lensa ini menghasilkan citra yang diperbesar dari objek yang diterima oleh lensa elektromagnetik ketiga yang kemudian, berlaku sebagai lensa okuler atau lensa proyeksi.  Citra akhir kemudian dapat divisualisasi pada layar fluoresdent atau dapat direkam pada pelat fotografis. Dua tipe mikroskop elektron digunakan pada studi silogis :  Mikroskop elektron transmisi dan mikroskop elektron scanning.

     Mikroskop yang sering digunakan dalam bioloigi adalah Mikroskop Cahaya, baik yang berlensa okuler tunggal atau dikenal dengan Mikroskop Monokuler maupun yang berlensa okuler ganda atau yang dikenal dengan Mikroskop Binokuler. Benda atau organisme yang akan diamati dengan mikroskop cahaya harus berukuran kecil dan tipis, agar dapat ditembus oleh cahaya (sinar matahari atau lampu). Adapun ciri-ciri mikroskop cahaya sebagai berikut (Purnomo, 2005):

     1. Mikroskop cahaya biasanya digunakan untuk mengamatin morfologi.
     2. Mikroskop cahaya menggunakan cahaya sebagai sumber penyinaran.
     3. Preparat (sediaan) harus tembus cahaya supaya dapat diamati dengan jelas.
     4. Objek dapat diamati dalam keadaan hidup atau mati.
     5. Pengamat dapat mengamati langsung melalui lensa okuler.
     6. Bayangan dapat diperbesar hingga mencapai 100x, 400x, dan 1.000x.

Namun, dalam perkembangannya biologi sel telah mengalami kemajuan pesat pada tahun 1950-an dengan pengenalan mikroskop elektron. Sebagai pengganti cahaya tampak, mikroskop elektron (electron microscope, EM) memfokuskan berkas elektron melalui spesimen. Daya urai dihubungkan terbalik dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop, dan berkas elektron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek dari panjang gelombang cahaya tampak. Mikroskop modern secara teoritis dapat mencapai resolusi (penguraian) kira-kira 0,1 nanometer (nm), tetapi dalam prakteknya batas untuk struktur biologis umumnya hanya kira-kira 2 nm masih merupakan peningkatan ratusan kali lipat dari mikroskop cahaya (Campbell, 2003). Mikroskop elektron ada 2 macam, yaitu mikroskop elektron skaning (SEM : Scanning Electron Microscope) dan mikroskop elektron transmisi (TEM : Transmission Electron Microscope). Mikroskop elektron skaning digunakan untuk mengamati secara detail permukaan sel, sedangkan mikroskop elektron transmisi digunakan untuk mengamati struktur internal sel (Purnomo, 2005).
 
Mikroskop cahaya






Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama “Compound light microscope” adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Jenis lensa Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain (Campbell, N. A., dkk. 2003).
2.2. Sisik Ikan
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannya, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitui sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan lapisan yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal. Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik( Subani, Waluyo. 1978.)

2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pembuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae(Subani, Waluyo. 1978).
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar berupa penunpukan garam-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine. Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae(Subani, Waluyo. 1978)
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan. Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik( Subani, Waluyo. 1978).






Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk sisik tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdampingan atau           sebelahan dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan       pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya      terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya        dan bentukan sisir pada bagian anteriornya(Saanin, H. 1968).

2.3. Insang Ikan
Insang merupakan alat pernafasan ikan. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen yang banyak mengandung lamela (lapisan tipis). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang mengandung kapiler sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2.
·         Inspirasi : O2 dari air masuk ke dalam insang yang kemudian diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan tubuh.
·         Ekspirasi : CO2 dari jaringan bersama darah menuju ke insang dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Ikan yang hidup di tempat berlumpur mempunyai labirin yang merupakan perluasan insang berbentuk lipatan berongga tidak teratur. Labirin berfungsi untuk menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan pada kondisi kekurangan oksigen. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar insang berhubungan dengan air,sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filament. Tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis lamella(Mukayat, Djarubroto B. 1994).
2.4. Phytoplankton MikroAlgae
     Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu ; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group. Sifat yang paling berguna untuk mengidentifikasi algae adalah warna atau pigmen mereka. Pigmen-pigmen tersebut menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi biomassa melalui proses fotosintesis. Ada 3 kelas utama pigmen dan berbagai kombinasi yang memberikan warna khas pada algae. Kelompok utama dari pigmen hijau adalah chlorophil, dengan clorophil a sebagai pigmen utama yang menyerap gelombang panjang biru dan merah sebagai cahaya yang penting untuk fotosintesis. Sebagian besar carotenoid lebih bersifat melindungi pigmen lain daripada ikut secara langsung dalam reaksi fotosintesis(Jomas, C.R. 1997)
     Dalam setiap difisi, terdapat pengecualian seperti fukosantin pada diatome dan alga coklat, yang sangat aktif dalam proses fotosintesa. Fikobilin berwarna merah (fikoeretrin) atau biru (fikocyanin) dan menangkap gelombang panjang yang tidak ditangkap oleh pigmen-pigmen lainnya dan melewati energi yang ditangkap pada clrophil a untuk fotosintesis. Beberapa variasi dari bentuk sel dapat ditemukan pada alga unicellular dapat berbentuk bola pipih memanjang atau berbentuk kotak sebagai tambahan beberapa unicellular memiliki lengan atau duri yang merupakan perluasan dari dinding sel. Banyak mikroalgae yang membentuk filamen-filamen sel yang menghubungkan satu sama lain .Mikroalgae lainnya membentuk koloni-koloni sel yang memiliki suatu pola yang khusus dan ditentukan oleh jumlah sel Kondisi kultur akan menentukan morfologi suatu organisme dan variasinya. kunci identifikasi mikroalgae untuk menentukan hingga pada tingkat genus dan spesies dapat dilihat dalam buku (Bold and Wynne 1985).
Yang termasuk dalam phytoplankton mikroalga diantaranya yaitu spirulina, anabaena, chlorella, dan nanocloropsis.
2.4.1. Spirulina
Spirulina diklasifikasikan sebagai berikut:
            Divisi            :        Cyanophyta
            Klas              :        Cyanophyceae
            Ordo             :        Nostocales
            Familia         :        Oscilatoriaceae
            Genus           :        Spirulina ( Stewart, 1974 )
Merupakan alga biru hijau dan phytoplankton yang kosmopolit. Dikenal dengan macam spesies dan berbagai macam habitat mulai dari lingkungan terrestrial, air tawar, air payau, air asin dan perairan yang alkalin. PH yang baik untuk pertumbuhan 7,2 – 9,5 dengan suhu 250 – 350C. berkembang biak dengan cara membelah diri. Pembelahan diawali dengan memutus filament menjadi satu satuan sel yang akan membentuk filamen baru. Pemutusan filmen yang telah masak merupakan awal daur hidup phytoplankton ini. Pemutusan ini akan membentuk bagian bagian yang disebut necridia. Necridia akan membelah membentuk piringan terpisah, hasil pembelahan ini  akan berkoloni membentuk hormogonia yang dapat memisahkan diri dari frilamen  induk menjadi filament baru(Jomas, C.R. 1997).
2.4.2. Anabaena
Anabaena diklasifikasikan sebagai berikut
               Filum               : Chlorophyta
               Kelas               : Chlorophyceae
               Ordo                : Nostacales
               Famili              : Nostaceae
               Genus              : Anabaina
               Spesies            : Anabaena sp
Kelompok ini adalah organisme prokariotik yang tidak memiliki struktur-struktur sel seperti yang ada pada alga lainnya, contohnya nukleus dan chloroplast. Mereka hanya memiliki chlorophil a, namun mereka juga memiliki variasi phycobilin seperti halnya carotenoid. Pigmen-pigmen ini memiliki beragam variasi sehingga warnanya bisa bermacam-macam dari mulai hijau sampai ungu bahkan merah. Alga biru hijau tidak pernah memiliki flagell, namun beberapa filamen membuat mereka bergerak ketika berhubungan dengan permukaan. filamennya berukuran lebar 3-10 mm dan panjang 10-200 mm, berbentuk lurus, bengkok, atau hampir menggulung. Selnya berbentuk manik-manik atau berbentuk tong. Anabaene adalah organisme yang menggangu dan tidak dimakan oleh kebanyakan ikan budidaya(Lerman, M. 1986)
2.4.3. Chlorella
Chlorella Merupakan alga-hijau, diklasifikasikan sebagai berikut:
                        Phylum   :           Chlorophyta
                        Kelas      :           Chlorophyceae
                        Ordo       :           Chlorococcales
                        Famili     :           Chlorellacea
                        Genus     :           Chlorella
Menurut habitatnya ada 2 jenis yaitu chlorella yang hidup di air tawar dan laut. Warna hijau pada chlorella karena mengandung klorofil. Dinding  selnya sangat keras karena terdiri dari  selulosa dan pectin. Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana mana, kecuali pada tempat yang kritis. Tumbuh pada salinitas 0 – 35 ppt dan salinitas optimumnya 10 – 20 ppt. Chlorella mampu tumbuh pada suhu 250C – 300C(Lerman, M. 1986)
2.4.4. Nanocloropsis
Nannochloropsis (air tawar, air laut). Merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola, berukuran kecil dengan diamater 4-6 mm. Organisme ini merupakan divisi yang terpisah dari Nannochloris karena tidak adanya chlorophyl b. Merupakan pakan yang populer untuk rotifer, artemia, dan pada umumnya merupakan organisme filter feeder (penyaring) (Anon, 2008). Menurut Adehoog dan Simon (2001) dalam Anon (2009) Kalasfikasi Nannochloropsis sp adalah sebagai berikut:        
               Kingdom         : Protista         
               Superdevisi     : Eukaryotes   
               Divisi               : Chromophyta           
               Kelas               : Eustigmatophyceae 
               Genus              : Nannochloropsis      
               Species            : Nannochloropsis sp
Fitoplankton ini berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau dan memilki dua flagella (Heterokontous) yang salah satu flagela berambut tipis. Nannochloropsis sp memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Nannochloropsis sp dapat erfotosintesis karena memiliki klorofil. Cirri khas dari Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa. Nannochloropsis sp bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas optimum untuk pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux (Nannochloropsis sp lebih dikenal dengan nama Chlorela laut dikultur untuk pakan barchionus plicatilis atau Rotifer karena mengandung Vitamin B12 dan Eicosapentaenoic acid (EPA) sebesar 30,5 % dan totral kandungan omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, serta mengandung protein 57,02 % . vitamin B12 sangat penting untuk populasi rotifer dan EPA penting untuk nilai nutrisinya sebagai pakan larva dan juvenile ikan laut (Fulks dan Main 1991). Selain itu, mudah dikultur secara missal, tidak menimbulkan racun atau kerusakan ekosistem di bak pemeliharaan larva, pertumbuhannya relative cepat dan memiliki kandungan antibiotic. Kepadatan optimum yang dapat dicapai untuk skala laboratrium 50-60 juta sel/ml, skala semi massal 20-25 juta sel/ml dan massal 15-20 juta sel/ml dengan masa kultur 4-7 hari (Anon, 2009)
2.5. Zooplankton
2.5.1.  Artemia
Artemia  merupakan bangsa udang-udanga yang diklasifikasikan sebagai berikut :
                 Phylum            : Arthropoda
                 Kelas               : Crustacea
                 Subkelas          : Branchipoda
                 Ordo                : Anostraca
                 Familia            : Artemidae
                 Genus              : Artemia
Dari genus artemia dikenal beberapa species antara lain Artemia salina, A. parthogenetica, A. franciscana. Artemia sp merupakan ciri hewan penghuni danau yang dicirikan dengan rendahnya penyebaran species di alam. Artemia sp bila diamati secara morfologi akan menunjukkan perbedaan yang kecil antara jenis populasi yang satu dengan populasi yang lain, tetapi dari kepekatan terhadap rangsanganekologi antar strain mempunyai perbedaan yang lebih besar (Browne, 1991).
Menurut Morries (1967) kista artemia mempunyai lapisan kulit dari luar ke dalam sebagai berikut :
          1. Lapisan korion
Lapisan ini terdiri dari selaput luar yang disebut lapisan kortikel, dan lapisan alveolar. Lapisan korion mempunyai fungsi untuk melindungi kista dari kerusakan mekanik dan pengaruh sinar matahari. Lapisan alveolar mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengapungkan diri pada permukaan.
  2. Lapiasan kutikula endodermis
Lapisan ini terdiri dari selaput kutikula luar, lapisan fibrosa dan selaput kutikula dalam. Lapisan ini mempunyai fungsi melindungi embrio. Lapisan ini baru terbentuk selama proses penetasan.
 3. Embrio
Embrio merupakan calon terbentuknya nauplius.
Artemia diperjual belikan dalam bentuk kista. Kista ini apabila dilihat dengan mata telanjang berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kecoklatan berdiameter 200-350 mikron. Satu gram kista artemia kering biasanya terdiri atas 200-300 ribu butir kista. Ada beberapa proses tahpan proses penetasan artemia ini yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang, dan tahap payung atau tahap pengeluaran. Tahap hidrasi trejadi penyerapan air sehingga kista yang diawetkan dalam bentuk kering tersebut akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalalah tahap pecah cangkang dan disusul dengan tahap payung yang terjadi beberapa sat sebelum nauplius keluar dari cangkang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tetas optimum cyst artemia sp adalah sebagai berikut :
1.      Suhu
Dikatakan bahwa cyst menetas pada suhu diatas 40 C sampai 300C sedangkan untuk hasil optimum pada suhu 300C.
2.      Salinitas
Salinitas air untuk menetaskan kista sebaiknya berkisar antara 27,5-35,5 per mil, walaupun Artemia dapat mentolerir salinitas yang sangat tinggi yaitu 5-150 per mil.
3.      Derajat keasaman
Penetasan kista optimal pada pH 8-9.
4.      Kepadatan
Kepadatan yang optimum yang digunakan dalam proses penetasan adalah 10 gr/ L air media tetes.
5.      Oksigen terlarut (DO)
Batas toleransi terhadap kandungan oksigen dalam air media total paling rendah 1 ppm. Sedangkan untuk optimal daya tetas diperlukan kandungan oksigen terlarut dalam air media tetas adalah  2-7 ppm.
6.      Cahaya
Cahaya juga berperan dalam proses penetasan terutama pada kista tanpa dekapsulasi. Efisiensi penetasan benar-benar lebih tinggi di bawah kondisi terus menerus ada cahaya, kuat cahaya optimum untuk menetaskan  kurang lebih 1000 lux (Persoone dan Sorgelous, 1980).
Artemia yang baru menetas disebut dengan nauplius. Nauplis berwarna oranye, berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron, lebar 170 mikron, dan berat 0,002 mg. ukuran-ukuran tersebut sangat bervariasi tergantung strainnya. Nauplius mempunyai seasang antenulla dan sepasang antena. Antenulla berukuran lebih kecil dari  antenna. Selain itu, diantara antenulla terdapat bintik mata yang disebut ocellus. Sepasang mandibulla rudimenter terdapat dibelakang antena. Sedangkan labrum terdapat dibagian ventral.
Nauplius berangsur-angsur mengalami perkembangan dan perubahan morfoogis dengan 15 kali pergantian kulit hingga menjadi dewasa menurut cara reproduksinya artemia dipilah menjadi dua yaitu artemia yang bersifat biseksual dan artemia yang bersifat partenogenetik (Isnansetyo, 1995).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Mikroskop
Mikroskop adalah alat pembesar diperlukan untuk melihat bakteri, melihat isi dari sel pada makhluk hidup, bentuk organisme-organisme yang kecil, untuk melihat jaringan yang ada di dalam tubuh organisme, serta banyak lagi hal lainnya (Syamsuri, 2000).
Bagian- bagian pada mikroskop yang wajib\kita ketahui adalah sebagai :
1. Bagian mekanis
adalah bagian yang bersifat sekunder namun sangat penting agar mikroskop dapat digunakan dengan baik dan terdiri dari:
a.    Kaki dasar atau basis ; dapat berbentuk apal kuda, persegi atau bentuk yang lain.
b.    Pilar, lengan , dan engsel penggerak ; atas kaki terdapat pilar, diatas pilar terdapat lengan. Bagian pilar (19 lengan ckhubungkan oleh engsel penggerak yang berfungsi untuk mengatuf kedudukarki mikroskop sesuai yang kita kehendaki.
c.    Meja Benda ; merupakan tempat untuk meletakkan enda atau obyek yang akan diamati. Pada bagian tengah meja terdapat luban yang berfungsi untuk meloloskan cahaya yang bcrasal dari ccrmin pcmantul.Di bawah meja atau panggung terdapat sub panggung yang padanya melekat kondensor yang berfungsi untuk memfokuskanicahaya ke obyek yang akan diamati. Di bawah kondensor terdapat diafragrim untuk mengatur sedikitnya cahaya yang diperlukan.
d.   Sekrup penggerak sediaan atau obyek ; jumlahnya dua (2) tersusun pada satu sumbu yang berfungsi untuk mcnggerakkan sediaan kekiri dan ke sebelah kanan ( sekrup Bawah ).
e.    Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnnya 2 buah atau menjadi satu, yang inempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pengatur atau penggerak kasar ( makrometer ) dan sebagai penggerak halus ( micrometer )

2. Bagian optik
Bagian ini terdiri dari cermin, lensa kondensor, diafragma, lensa obyektif, lensa okuler. Alat- alat tersehut merupakan bagian yang utama atau primer dari sebuali mikroskop.
a.    Cermin ; berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumbu cahaya ke obyek yang kita akan amati. Pada setiap microskop selalu dilengkapi cermin dengan permukaan benda, yaitu permukaan datar dan permukaan cekung. Permukaan datar digunakan apabila sumber cahaya cukup terang, sedangkan permukaan cekung digunakan apabila intensitas mbeahaya kurang atau tidak terang.
b.    Diafragma ; merupakan bagian yang dapat diputar atau digeser tangkainya ke salah sate arah yang kita suka. Diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan saat sedang mengantatifobyek yang akan diamati.
c.    Lensa objektif : berfungsi untuk memperbesar obyek yang diamati secara langsung, biasanya letaknya dekat dengan sediaan dan terdap 2,3 atau lebih lensa di pasangsekaligus pada revolver yang dapaticliputar:\ Pada umumnya dijumpai mikroskop dengan tiga lensa obyektif yaq 4X, 10X, dan 40X atau 100X. Lensa obyektif memiliki beberapa ife yang bisa digunakan pada berbagai mikroskop antara lain: akromat, semi apokromat (flourit), apokromat, 'plan akromat (plan) dan plan apokromat (plan apo).
d.   Lensa okuler : lensa ini terletak di atas tabung mikroskop yang dipakai pengamat uittuk mclihat bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Lensa pada okuler mempunyai fungsi memperbesar bayangan yang clihasilkan oleh lensa objektif. Di bagian atas okuler tertera x5, x10, x15. Okuler dengan pembesaran x10 ke atas sangat baik bila dikombinasikan dengan objektif yang berkualitas tinggi, apabila. dengan objektif yang berkualitas rendah akan didapatkan pembesaran benda oleh okuler akan jelek. Total pembesaran bayangan dari pengamatan benda adalah ha.sil perkalian antara pembesaran objektif dengan pembesaran okuler.
e.    Tabung badan mikroskop : Tabung badan mikroskop adalah bagian yang memisahkan antara lensa objektif dengan lensa okuler. Tiap mikroskop akan berfungsi baik apabila mempunyai panjang tertantu. Apabila panjang tabung badan mikroskop Iebih panjang dari ketentuan maka bayangan akan terlihat tampak buram.
f.     Lensa kondensor ; mikroskop y g baik hiasanya dilengkapi dengan lensa kondensor yang merupakan kom inasi dan \dua. lensa yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke obyek y g sedang diamati. Apabila kondisi ruangan kekurangan cahaya maka dengan .menggunakan cermin cekung dan mengatur kondensor akan diperoleh pencahay yang lebih baik dari semula.
4.2.2. Sisik Ikan
               Dari ketiga jenis sisik ikan kakap, ikan krisik, dan ikan kerapu didapatkan dengan jenis sisik cycloid dan ctenoid. dalam suatu pengamatan pada sisik ketiga dari sisik ikan didadapatkan dengan sisik dari jenis cycloid dan ctenoid.karena dari ketiga jenis ikan tersebut merupakan golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras  (Acanthopterygii). Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen.
1. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya      terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
2. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya        dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.
Dua jenis sisik ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan. Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
4.2.3. Insang Ikan
               Pengamatan pada insang dengan menggunakan mikroskop terlihat dengan jelas dari sisi-sisi ingsang dengan garis-garisnya.pada tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen yang banyak mengandung lamela (lapisan tipis). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang mengandung kapiler sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar insang berhubungan dengan air,sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filament. Tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Labirin berfungsi untuk menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan pada kondisi kekurangan oksigen. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
4.2.4. Mikroalgae
a)      Spirulina
Pengamatan spirulina dengan menggunakan mikroskop didapatkan dengan bentuk dari spirulina dengan berbentuk seperti rantai-rantai.spirulina yang didapatkan sewaktu pengamatan berjumlah 10 buah. dengan menggunakan ukuran dari perbesaran mikroskop sebesar 10 x 10 dengan ukuran spirulina berkisar 50 – 60 mm.berikut ini merupakan sekilas tentang spirulina yaitu:
Divisi         : Cyanophyta
Kelas         : Cyanophyceae
Ordo          : Nostocales
Famili        : Oscilatoriaeae
Genus        : Spirulina (Stewart, 1974)
Spesies      : Spirulina platensis
                    Spirulina  fusiformis
                    Spirulina  maxima
Ø  Morfologi
Spirulina berwarna hijau – kebiruan. Sel berkoloni membentuk filament terpilin menyerupai spiral (helix). Filamen berawal dari sel – sel muda yang membelah pada sisi luar sumbu utama filament, sehingga terbentuk suatu filament yang berisi beberapa sel yang merupakan satu rangkaian yang bernama trichome.
Sel spirulina berbentuk silindris dengan dinding sel tipis. Garis tengah sel berkisar antara 1 – 12 mikron. Spirulina dapat bergerak sepanjang garis tengahnya dengan cara menggelinding.
Ø  Sifat Ekologi, Fisiologi serta Reproduksi
Spirulina merupakan phytoplankton yang kosmopolit. Dapat hidup diberbagai habitat, mulai dari lingkungan terrestrial, air tawar, air payau, air asin hingga danau – danau garam. pH yang baik untuk pertumbuhan berkisar antara 7,2 – 9,5 dengan suhu berkisar antara 25o – 35 oC.
Spirulina berkembang biak dengan cara membelah diri. Pembelahan diawali dengan memutus filament menjadi satuan – satuan sel yang akan membentuk filament baru. Pemutusan filament yang telah masak merupakan awal daur hidup. Filament yang putus akan membentuk bagian – bagian yang disebut necridia. Selanjutnya necridia akan membelah membentuk semaam piringan yang terpisah – pisah. Hasil pembelahan tersebut akan berkoloni membentuk hormogonia yang dapat memisahkan diri dari filament induk menjadi filament baru.
Spirulina adalah mikrob akuatik yang merujuk kepada spirulina sp., sub spesies dari Genus Spirulina dan Order Oscillatoriales.
Bakteriologist mengkelaskan spirulina sebagai bakteria kerana ia mempunyai struktur asas sel prokaryot. Iaitu merujuk kepada mikroorganisma yang mempunyai sel-sel asas dan ringkas seperti mempunyai dinding sel, membran plasma, sitoplasma dan juga nukleus. Spirulina adalah bakteria gram negative.
Manakala Botani pula mengklisifikasikan spirulina sebagai mikroalga dari kumpulan Chyanophyta kerana kehadiran klorofil A di dalam sel spirulina dan klorofil A ini juga hadir dalam tumbuhan peringkat tinggi. Terdapat beberapa percangahan pendapat tentang pengkalan dan kunci taksonomi. Walaubagaimanapun spesies mikroalga dari kumpulan Cynobakteria ini secara umumnya dikenali sebagai alga biru-hijau (blue green algae). Terdapat beberapa spesies dari kumpulan ini tetapi antara spesies yang biasanya di komersialkan adalah spesies Spirulina platensis dan Spirulina maxima.
Spirulina adalah planktonik, multisel, berfilamen serta menjalankan aktiviti fotosintesis. Ianya berbentuk selinder berputaran riben (helical) dan juga selinder lurus. Kebiasaanya, spirulina yang berbentuk putaran riben hadir di dalam habitat semujadi dan bentuk selinder memanjang ini pula pada asalnya adalah dari sumber yang sama. Proses transformasi atau mutasi ini berlaku apabila spesies spirulina ini di aruh atau dikultur secara buatan. Mutasi ini boleh berlaku di dalam habitat semujadi. Mutasi yang berlaku di dalam kultur komersil di sebabkan oleh tekanan fizikal dan kimia semasa proses pengkulturan. Apabila bentuk spirulina tadi berubah, ia akan kekal kepada bentuk yang baru dan bisanya ia akan menjadi dominan. Diameter sel trichome di antara 1µ - 12 µ. Saiz antara spesies adalah di antara 50µ - 60µ. Kaedah pembiakan spirulina adalah belahan dedua (binary fiesion) di mana sel trichome akan putus dan akan membentuk segmen yang pendek. Unit baru tadi akan membesar dan matang sebagai individu baru.
b)      Chlorella
Pengamatan mikroalgae pada jenis chlorella dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 dengan jumlah dari chlorella sebanyak 130 buah dengan ukuran chlorellanya sendiri sebesar 8 mm.dengan bentuk morfologinya bulat-bulat dengan berwarna agak kehijauan.jadi chlorella yang diamati pada haimocytrometer termasuk chlorella yang mempunyai kepadatan yang cukup sedang.berikut ini merupakan bagian-bagian dari chlorella yaitu:
Divisi         : Chlorophyta
Kelas         : Chlorophyceae
Ordo          : Chlorococcales
Famili        : Chlorellacea
Genus        : Chlorella (Bougis, 1979)
Spesies      : Chlorella  minutissima
                    Chlorella vulgaris
                    Chlorella  pyrenoidosa
                    Chlorella  virginica
Ø  Morfologi
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tapi kadang dijumpai bergerombol. Diameter sel berkisar antara 2 – 8 mikron., berwarna hijau (klorofil merupakan pigmen yang dominant), dinding sel keras (terdiri atas sellulosa dan pectin).Sel mempunyai protoplasma berbentuk cawan. Chlorella dapat bergerak tapi sangat lambat, sehingga pada pengamatan seakan – akan tidak bergerak.

Ø  Sifat Ekologi, Fisiologi serta Reproduksi
Chlorella bersifat kosmopolit dan dapt tumbuh dimanapun, kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehdupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0 – 35 ppt, dengan salinitas optimum berkisar anatara 10 – 20 ppt. Kisaran suhu optimal antara 25o – 30 oC, pada suhu 40oC alga ini masih dapat hidup, tapi tidak tumbuh.
Chlorella bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadi peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak.
c)      Anabaena
Pada mikroalgae jenis anabaena didapatkan jumlah sebanyak 170 buah dengan ukuran dari perbesaran mikroskop 40 x 10 dengan memiliki ukuran diameternya sekitar 25 mm.anabaena mempunyai bentuk bulat – bulat dan mempunyai kepadatan yang termasuk tinggi pada waktu pengamatan dilakukan.
                        Filum               : Chlorophyta
                        Kelas               : Chlorophyceae
                        Ordo                : Nostacales
                        Famili              : Nostaceae
                        Genus              : Anabaina
                        Spesies            : Anabaena sp
filamennya berukuran lebar 3-10 mm dan panjang 10-200 mm, berbentuk lurus, bengkok, atau hampir menggulung. Selnya berbentuk manik-manik atau berbentuk tong. Anabaene adalah organisme yang menggangu dan tidak dimakan oleh kebanyakan ikan budidaya. Pigmen-pigmen ini memiliki beragam variasi sehingga warnanya bisa bermacam-macam dari mulai hijau sampai ungu bahkan merah. Alga biru hijau tidak pernah memiliki flagell, namun beberapa filamen membuat mereka bergerak ketika berhubungan dengan permukaan. kelompok alga yang paling primitif dan memiliki sifat-sifat bakterial dan alga. Kelompok ini adalah organisme prokariotik yang tidak memiliki struktur-struktur sel seperti yang ada pada alga lainnya, contohnya nukleus dan chloroplast. Mereka hanya memiliki chlorophil a, namun mereka juga memiliki variasi phycobilin seperti halnya carotenoid.

d)     Nanocloropsis
Nannochloropsis merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola, berukuran kecil dengan diamater 4-6 mm.pada waktu pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan ukuran dari perbesaranya 40 x 10 dengan jumlah nanocloropsis yang didapat berjumlah 236 buah. Kalasfikasi Nannochloropsis sp adalah sebagai berikut:
            Kingdom         : Protista
            Superdevisi     : Eukaryotes
            Divisi               : Chromophyta
            Kelas               : Eustigmatophyceae
            Genus              : Nannochloropsis
            Species            : Nannochloropsis sp
Fitoplankton ini berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau dan memilki dua flagella (Heterokontous) yang salah satu flagela berambut tipis. Nannochloropsis sp memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Nannochloropsis sp dapat erfotosintesis karena memiliki klorofil. Cirri khas dari Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa.
4.2.5. Artemia
            Pada waktu pengamatan artemia dengan menggunakan mikroskop didapatkan suatu objek yang dicari dengan jumlah dari artemia hanya satu jenis dengan banyak telur-telur yang belum menetas disekitar artemia tersebut.pada waktu pengamatan didapatkan ukuran artemia sebesar 30 mm.dengan kondisi artemia yang masih bergerak dalam arti artemia yang diamati masih dalam kedaan hidup walaupun sudah ditetesi dengan menggunakan formalin.dengan ukuran perbesaran mikroskop 4 x 10.berikut merupakan tentang artemia yaitu:

            Phylum            :Arthropoda
            Kelas               :crustacea
            Subkelas          :branchipoda
            Ordo                :anostraca
            Familia            :Artemidae
            Genus              :Artemia
Artemia merupakan kelompok udang –udangan dari phylum arthopoda. Pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.


BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.khususnya pada mikroorganisme.
Jenis microalgae yang diamati yaitu jenis spirulina, chlorella, anabaena dan nanocloropsis dengan ukuran pada waktu pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang berbeda-beda tiap microalgae serta mempunyai jumlah dan ukuran yang berbeda juga pada waktu pengamatan dilakukan.
Pada pengamatan sisik dan insang ikan, didapatkan dari ketiga jenis sampel sisik ikan dengan jenis sisik cycloid dan ctenoid.dan untuk pada ikan hanya dilakukan dengan satu jenis pengamatan ikan.serta pada pengamatan artemia dari jenis zooplankton didapatkan objek hanya satu buah dan banyak telur artemia disekeliling artemia tersebut.

Daftar Pustaka

Albert, B, dkk. 1994. Biologi Monokuler Sel Edisi Kedua Mengenai Sel.                              Gramedi  Pustaka Utama. Jakarta.
Bougis, P., 1974. Ecologie du Plancton Marin. Masson et Ed., 200p.
Campbell, N. A., dkk. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta : Erlangga
Davis. 1955. “ The marine and Fresh water plankton”. Michigan : Michigan state University Press
Isnansetya , alim dkk. 1995. “Tehnik kultur phytoplankton dan zooplankton, pakan alami untuk pembenihan organisme laut”. Yogyakarta : Kanisius


1 komentar: