Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Sabtu, 23 April 2011

PENCEMARAN LAUT


A.    Penegertian Weathering
      Penegertian Weathering adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
a)      Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.

Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.

b)      Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut(Suprapto, 1997).
c)      Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
d)     Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika adalah hancurnya batuan dan/atau mineral menjadi fragmen yang lebih kecil oleh proses-proses secara mekanik tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan mineralogi secara signifikan. (Suprapto, 1997).
Ø  Jenis – Jenis Pelapukan
1)      Frost weathering
Pelapukan yang diakibatkan oleh es yg mengisi celah-celah rekahan pada batuan menyebabkan batuan menjadi terlepas.

                              Gambar Frost Weathering
2)         Insolation weathering

Gambar Insolation weathering

3)      Salt weathering
pelapukan yang disebabkan oleh kristalisasi garam dalam ruang pori dan rekahan

Gambar salt weathering

4)      Wetting and drying weathering
Batuan yang berada dipermukaan basah terkena hujan dan kemudian dikeringkan oleh panas sinar matahari, proses tersebut berulang secara kontinyu sehingga batuan menjadi terlapuk.

      Penyebab Pelapukan
Salah satu proses yang dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan adalah proses bahan organik (organic processes). Proses bahan organik ini lebih didominasi oleh tumbuhan yaitu pada akar tumbuhan dan juga hewan sebagai proses tambahan dari bahan organik yang bisa mempengaruhi proses pelapukan batuan. Akar tumbuhan memiliki kemampuan yang berkaitan dengan proses pelapukan batuan, dan kemampuan tesebut diantaranya:
1.      Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
2.      Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
3.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
5.      Sumber energi bagi mikroorganisme.
Ø  Pengaruh Air Terhadap Proses Pelapukan Fisika dan Kimia
dalam proses pelapukan fisika terutama dalam proses disintegrasi. Hidrasi, frost action, pertumbuhan kristal, dan swelling semuanya memerlukan air sebagai komponen dasar meskipun jumlah air yang dibutuhkan tidak begitu besar. Oleh karena itu disadari bahwa adanya keterkaitan antara iklim dan pelapukan di suatu daerah. Pelapukan fisika pada umumnya lebih dominan di daerah dimana pengendapan oleh kristalisasi es telah berlangsung dan temperatur pada umumnya mendekati titik beku. Kenyataan ini menunjukkkan pentingnya frost action sebagai alat utama dalam proses pelapukan serta fakta bahwa daerah dengan siklus iklim salju akan lebih berpotensi sebagai tempat pelapukan fisika terkait dengan frost action. Pada daerah-daerah tertentu kadangkala karakter dari iklim akan memiliki pengaruh yang lebih kecil dalam proses pelapukan fisika berbeda dengan kenyataan seperti yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu sangat penting sekali untuk memahami hubungan antara iklim-litologi-sistem pelapukan dari suatu daerah untuk mengetahui mekanisme pelapukan yang bekerja di daerah tersebut secara detail.
Ø  Ada empat faktor yang mempengaruhi proses pelapukan batuan di permukaan bumi yaitu:
ü  Struktur batuan.
ü  Iklim.
ü  Topografi.
ü  Vegetasi penutup


A.    Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak Di Laut
ü  Penanggulangan
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan.
a)      In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari  cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

1)      Booms
      Booms adalah peralatan yang umum digunakan untuk menahan perluasan minyak yang tumpah dipermukan pantai dan juga dilaut dalam. Dengan bentuk yang sederhana sekalipun, alat ini cukup efektif dalam mencegah meluasnya area yang terkena tumpahan minyak dan sekaligus mengumpulkannya untuk kemudian disedot menggunakan skimmer. Semua jenis booms memiliki permukaan yang timbul dipermukaan air dan bagian yang tercelup dibawah air(skirt) untuk mencegah meluasnya tumpahan minyak. Dalam pengoperasiaanya, booms bisa diletakkan secara permanen atau juga diseret menggunakan sebuah kapal khusus. Dalam beberapa kasus, booms dapat ditebarkan untuk menghentikan penyebaran minyak pada garis pantai untuk selanjutnya dibawa ke tempat dengan tingkat sensitivitas yang lebih rendah. Penggunaan booms menjadi terbatas saat berada di perairan dengan gelombang laut yang tinggi.
      Jenis booms sangat banyak, tergantung dari kondisi lingkungan dimana tumpahan minyak sering terjadi, namun beberapa yang populer diantaranya sebagai berikut:

ü  General Purpose Boom   
General Purpose Boom(GP Booms) memiliki desain sederhana seperti tirai yang berisi bahan gabus (foam) yang digulung untuk mencegah perluasan minyak, berbentuk silinder yang berguna untuk menahan hambatan angin dan hempasan gelombang. GP Boom bisa digunakan sebagai peralatan pencegahan (prevention) dan penanggulangan(response) tumpahan minyak pada daerah dengan gelombang rendah.
ü  River Boom          
Sesuai dengan namanya, River Boom digunakan pada tempat-tempat yang memiilki aliran air deras seperti pada sungai misalnya. Oleh karena itu, boom jenis ini memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menahan arus sungai.
ü  ShoreSeal Boom   
ShoreSeal Boom memiliki desain unik untuk melindungi area pantai, daerah pasang surut, dan juga permukaan tanah. Dengan dua buah bilik yang salah satunya dengan air sebagai ballast dan bilik lainnya diisi udara, ShoreSeal Boom menjadi sebuah pagar yang dapat menjaga kestabilannya sendiri dalam menjaga area pantai.
ü  Offshore Boom     
Berisi udara pada bagin dalamnya, sangat cocok digunakan didaerah/perairan dengan kondisi yang ekstrim. Dalam penggunaanya, OffShore Boom dihubungkan dengan sebuah penggulung (Boom Storage Reel) yang terletak di atas kapal.
ü  Inshore Boom       
Tipe boom yang cukup ekonomis, bisa direntangkan utuk pencegahan tumpahan minyak diwilayah operasi yang beresiko tinggi (misalnya tempat pengisian bahan bakar kapal dan pengoperasian bunker) atau pada tempat yang sulit dijangkau.
ü  PermaGuard Boom         
Merupakan jenis boom yang berat dan dipasang secara permanen pada pelabuhan, fasilitas pengolahan minyak, pusat pembngkit listrik, dan tempat pengolahan air tawar dari air laut.
ü   Zoom Boom        
Zoom boom memiliki kemampuan menggembung secara otomatis dan mudah dioperasikan karena desainnya yang ringkas dan mudah dibawa dengan menggunakan truk. Boom jenis ini lebih cocok digunakan pada saat darurat saat tumpahah minyak terjadi di pantai atau di lepas pantai.
ü  Fire Booms          
Konsep fire boom hampir sama dengan jenis boom biasa, hanya saja setelah boom dirapatkan dan minyak terkumpul pada tempat yang aman, minyak tersebut selanjutnya dibakar diatas permukaan air laut. Sisa minyak yang tidak terbakar selanjutnya diberi dispersants agar dapat terurai dengan cepat dan aman. Boom jenis ini terbuat dari bahan yang tahan api dan menimbulkan pencemaran udara ketika pengoperasian, oleh karena itu jarang diterapkan dalam penanganan tumpahan minyak.
ü   
2)      Skimmers
Alat ini mengangkat tumpahan minyak yang sebelumnya telah terkumpul dalam lingkaran booms dengan menyedot dan mengumpulkannya kedalam sebuah tabung penampungan. Tumpahan minyak tidak selalu dapat diambil dengan skimmer, hal ini bergantung pada nilai viskositas minyak itu sendiri. Dengan semakin berkembangya teknologi, sebuah skimmer yang dioperasikan menggunakan sebuah kapal tunda dapat menyedot hiingga 30 ton minyak mentah per jam.Beberapa jenis skimmer ada yang diletakkan secara permanen (Fixed Skimmers) sehingga ketika terjadi tumpahan mnyak di daerah tersebut, skimmer dapat langsung dioperasikan untuk mengangkat kembali tumpahan minyak dari permukaan air. Untuk skimmer jenis ini, minyak yang terangkat dapat disalurkan melalui pipa yang terhubung dengan sebuah tanki yang berada di daratan.
3)      Oil-Water Separator         
Oil-water Separator digunakan dalam penanganan air yang berasal dari bilga dimana air tersebut masih bercampur dengan minyak dan harus dipisahkan sebelum dibuang kelaut. Oil-Water Separator menggunakan Hukum Stokes untuk mendefinisikan kecepatan terapungya sebuat benda/partikel berdasarkan berat jenis dan ukuranya. Dalam alat ini, minyak akan terakumulasi diatas permukaan air. Berikut ini skemanya:

Skema proses akumulasi pada permukaan air
4)      Dispersants
Berupa senyawa kimia yang bekerja dengan melarutkan minyak menjadi zat yang lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya. Dengan pemberian dispersants pada daerah yang terkena tumpahan, minyak akan dapat terurai dengan mudah oleh mikrooganisme seperti bakteri, dan jamur. Dispersants modern bahkan memiliki kandungan racun yang sangat sedikit, yaitu sekitar 8 kali lebih kecil dibandingkan air bilasan seusai mencuci pakaian.
5)      Sorbents
Sorbents adalah material/bahan yang dapat menyerap dan menahan minyak. Material ini misalnya busa yang diletakkan pada booms, bantal, atau tali yang umumnya terbuat dari polypropylene atau polyetylene yang dapat diperas untuk selanjutnya digunakan kembali. Penggunaan sorbents hanya terbatas pada pengoperasian berskala kecil.
b)      Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, aur dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala
c)      Bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2, air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan
d)     Dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)
e)      Dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).
2.      Menanggulangi Pencemaran dengan Bantuan Informasi Teknologi
Menanggulangi pencemaran oleh minyak bisa menjadi sangat kompleks, karena berkaitan dengan masalah liability dari perusahaan, resiko pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia, kepentingan masyarakat yang disebarkan melalui mass media, peran dan tanggung jawab Pemerintah semua bergabung dan menarik perhatian masyarakat bahkan sampai meresahkan. Karena itu sejalan dengan usaha Amerika serikat melakukan Natural Resource Damage Assesment (NRDA), Dames dan Moore juga mengembangkan informasi teknologi yang akan digunakan oleh Pemerintah dan Industri untuk mengumpulkan data informasi yang komperhensif dan relevan membantu menysusun rencana penanggulangan pencemaran oleh minyak (Oil Contingency Planing). Metode dengan bantuan data teknologi ini setiap saat dapat digunakan menghadapi keadaan darurat pencemaran. Hasilnya tentu membantu para pengambil keputusan dapat bertindak lebih efisien dalam mengalokasikan sarana untuk menanggulangi pencemaran, mengurangi kerusakan lingkungan, dan memulihkannya. Teknologi yang dimaksud dinamakan “Geographic Information System (GIS)” dengan memasukkan sejumlah data lokasi ke dalam komputer yang kemudian diintegrasikan dengan database yang lain untuk mendapatkan permasalahan yang dihadapi.

B.     Uraian Suatu Kasus Tumpahan Minyak dan dengan Penanggulanganya
a)      Contoh kasus tumpahan minyak pada kapal tangker

Gambar tumpahan minyak
      Tumpahan minyak dari berbagai sumber tersebut jika tidak segera ditanggulangi maka akan berdampak buruk terhadap lingkungan khususnya tumbuhan dan hewan laut yang ada disekitar pesisir.ikan, terumbu karang , mangrove. Minyak yang tumpah membuat laut tidak jernih sehingga mengurangi sinar matahari yang masuk kedalam air laut(Sofyan,2001).

Gambar efek terhadap biota sekitar
Cara menanggulangi minyak yang tumpah yaitu secara fisika dan kimia. Penanganan fisika adalah dengan cara memindahkan atau memompa minyak ksesebuah fasilitas penerima dalam bentuk tangki maupun balon agar minyak tidak menyebar maka tumpahan minyak diberi batas dengan menggunakan pelampung agar tumpahan minyak tidak menyebar. (Sofyan,2001).

Gambar penanggulangan tumpahan minyak dengan pelampung
Cara lain yaitu dengan metode kimia dengan bahan – bahan kimia diantaranya COREXIT 9500 yang diproduksi oleh exon energy chemical. Bahan ini juga pernah digunakan diselat malaka. (Sofyan,2001).

Refrensi
Husseyn Umar.2003.Masalah Pembangunan dan Penegakan Hukum Kelautan di          Indonesia,       Seminar Pemberdayaan Perhubungan Laut Dalam Abad XXI,           Jakarta.
Sofyan.2001.Desentralisai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Suatu Peluang    dan      Tantangan. Makalah Falsafah Sain. PPS
    (http://www.lppm.itb.ac.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar