Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Minggu, 08 Mei 2011

Penyu


Penyu adalah nama local dari bahasa Indonesia (inggris: sea turtle) dan memang jarang kita menyebutnya sebagai kra – kura laut, dan juga karena kura kura air tawar pun kita memikliki sebutan sendiri, yaitu labi – labi atau bulus. Penyu laut berbeda dengan kura – kura apabila dilihat sepintas mereka memang terlihat sama, cirri yang paling membedakan penyu laut dan kura – kura yaitu penyu tidak dapat menarik kepalanya apabila merasa terancam. Penyu adalah salah satu reptil laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Taksonomi Penyu
Kerajaan          :Animalia
Filum               :Chordata
Kelas               :Sauropsida
Ordo                :Testudinata
Superfamili      :Cheloniaidea
Persebaran Penyu di Indonesia
            Dunia penyu sitidaknya memiliki dan dapat ditemui diperairan Indonesia sebanyak 6 jenis dari 7 jenis yang dimiliki oleh dunia. Satu – satunya jenis yang tidak dapat ditemui diperairan Indonesia adalah jenis penyu kempi (Lepidochelys Kempi) yang tinggal dikawasan atlantik. Sisanya dari 6  jenis yang ada seperti penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), penyu tempayan ( caretta caretta), penyu pipih (natator depressus) masih bisa ditemukan diwilayah nusantara kita dengan berbagai macam status perlindungan.

Masa Bertelur
            Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
            Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan.          

Jenis Penyu    
Di dunia saat ini hanya ada tujuh jenis penyu yang masih bertahan, yaitu
•    Penyu hijau (Chelonia mydas)      
•    Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)       
•    Penyu Kemp’s ridley (Lepidochelys kempi)        
•    Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)     
•    Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
•    Penyu pipih (Natator depressus)  
•    Penyu tempayan (Caretta caretta)
Dari ketujuh jenis ini, hanya penyu Kemp's ridley yang tidak pernah tercatat           ditemukan di perairan Indonesia. Dari jenis-jenis tersebut, penyu belimbing adalah yang terbesar dengan ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter dan bobot 600 - 900 kilogram. Penyu lekang adalah yang terkecil, dengan bobot sekitar 50 kilogram. Namun demikin, jenis yang paling sering ditemukan adalah penyu hijau.      Penyu, terutama penyu hijau, adalah hewan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa beberapa hewan kecil.
Penyu Hijau
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di banding beberapa penyu lainnya. Jenis seperti penyu belimbing di laporkan telah sangat berkurang jumlahnya dan termasuk salah satu jenis yang hampir hilang di perairan , hanya beberapa tempat yang masih sesekali menjadi tempat memijah bagi jenis penyu ini. Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1. Meskipun jumlahnya lebih banyak di banding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap tahun berkurang oleh penangkapan dan membunuhan baik sengaja maupun tidak sengaja yang terperangkap oleh jaring .Penyu laut, umumnya bermigasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Kita mungkin masih ingat salah satu adegan dalam film Nemo, saat induk jantan Nemo bertemu dengan gerombolan penyu hijau yang bermigrasi. Tidak persis sama dengan pola migrasi penyu umumnya, namum jelas memberikan gambaran bahwa penyu laut bermigrasi sebagai rangkaian dari siklus hidupnya. Pernah di laporkan migrasi penyu hijau yang mencapai jarak 3.000 km dalam 58 – 73 hari. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa penyu yang menetas di perairan , di temukan di sekitar perairan dan Hawaii .         
            Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga.
            Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh dewasa. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan saat kembali kelaut untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus. Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang beruaya di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan penjarahan oleh manusia yang mengambil telur-telur tersebut segera setelah Induk-induk dari penyu tadi bertelur. Sangat di sayangkan memang, walaupun beberapa daerah pengeraman alami telur penyu jauh dari pemukiman penduduk, namun tidak luput dari perburuan illegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini semakin menurunkan populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Keunikannya tidak akan tampak lagi, saat banyak dari penduduk pantai merusak dan menjarah telur-telur meraka, memburuh induk-induk meraka dan merusak rumah-rumah mereka.
Penyu Ssisik
Kerajaan          : Animalia 
Filum               : Chordata 
Kelas:               Reptilia 
Order               : Testudines 
Keluarga          : Cheloniidae 
Genus              : Eretmochelys 
Spesies            : imbricata 

            penyu sisik dewasa terutama ditemukan di terumbu karang tropis.
 Mereka biasanya terlihat beristirahat di gua-gua dan karang di sekitar terumbu karang, sepanjang hari.Sebagai spesies beruaya, mereka juga telah dijumpai di berbagai habitat, dari laut terbuka untuk laguna dan bahkan rawa mangrove di muara. Meskipun banyak yang tidak diketahui tentang preferensi habitat awal kehidupan tahap E. imbricata, penyu laut lainnya seperti 'muda, mereka dianggap benar-benar pelagis dan dengan demikian membuat laut terbuka rumah mereka sampai mereka dewasa. Pada tahun 1996, Daftar Merah IUCN Terancam Punah Eretmochelys imbricata diklasifikasikan sebagai sangat terancam. statusnya sebagai spesies terancam punah ditantang sebelum ini, dengan dua petisi mengklaim bahwa kura-kura (bersama dengan tiga jenis lainnya) memiliki beberapa populasi stabil yang signifikan di seluruh dunia. Petisi ini ditolak oleh IUCN berdasarkan analisis mereka terhadap data yang diajukan oleh Marine Turtle Specialist Group (MTSG). Data yang diberikan oleh MTSG menunjukkan bahwa populasi penyu sisik di seluruh dunia telah berkurang 80% dalam tiga terakhir dari generasi spesies ', dan itu tidak ada peningkatan yang signifikan pada populasi kura-kura' pada 1996. Mengingat data ini, IUCN menerapkan kritis (A1) status pada spesies. CR A2 status Namun ditolak, karena IUCN percaya bahwa ada cukup data untuk menunjukkan bahwa populasi penyu sisik disebabkan oleh penurunan 80% di masa mendatang. 
            Memainkan peran penting dalam perekonomian sebagai objek wisata. Meskipun ilegal untuk memburu mereka, di beberapa bagian dunia, penyu sisik diambil dan dimakan sebagai sebuah kelezatan. Banyak budaya juga menggunakan cangkang kura-kura 'untuk menerapkan pribadi seperti hiasan dan perhiasan. penyu sisik ini dikenal untuk memberi makan pada hydrozoan ubur-ubur-seperti berbahaya, Portugis Man o 'War (Physalia Physalis). Penyu sisik dilindungi menutup mata mereka ketika mereka memakan cnidaria ini, untuk Perang's the Man o 'sel penyengat tidak dapat menembus lapis baja kepala kura-kura'. 
            Eretmochelys imbricata telah menunjukkan diri mereka sangat ulet dan tahan terhadap mangsanya. Beberapa spons dikenal untuk dimakan oleh penyu sisik, seperti aaptos Aaptos, nucula Chondrilla, aktinia Tethya, vesparum Spheciospongia dan Suberites domuncula, sangat (sering mematikan) beracun bagi organisme lain. Selain itu, penyu sisik dikenal untuk memilih spesies spons yang memiliki sejumlah besar spikula mengandung silika, seperti Ancorina, Geodia, Ecionemia dan Placospongia. Penyu sisik memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari yang lain, spesies erat-terkait. Its memanjang, kepala meruncing berakhir di mulut seperti paruh (dari yang nama umum adalah turunan), paruh yang lebih tajam diucapkan dan ketagihan dari penyu laut lainnya. lengan itu penyu sisik yang memiliki dua cakar terlihat pada sirip masing-masing. Salah satu karakteristik yang lebih mudah dari penyu sisik yang dibedakan adalah pola sisik menebal tebal yang membentuk karapas nya. Sedangkan karapas yang memiliki lima sisik menebal pusat dan empat pasang sisik menebal lateral seperti beberapa anggota keluarga yang sama, sisik menebal posterior E. imbricata's tumpang tindih sedemikian rupa untuk memberikan margin belakang karapas yang tampak bergerigi, mirip dengan tepi melihat atau pisau steak. karapas penyu itu sendiri yang telah dikenal untuk mencapai hampir satu meter panjangnya.
            Penyu sisik, Eretmochelys imbricata adalah media yang indah berukuran kecil untuk kura-kura laut ditandai oleh cangkang oval, kepala kecil dan sirip memanjang dengan dua cakar. Kemiringan memanjang menjadi kepala rahang atau paruh bengkok seperti struktur. Inilah sebabnya mengapa ini penyu yang dinamakan penyu sisik. Bentuk hewan mengaitkan memungkinkan untuk mencapai ke dalam celah-celah terumbu karang dan lubang untuk menemukan makanan favorit mereka: spons. Mereka tumbuh sampai panjang yang berkisar antara 0,62-1.14m panjang dan berat biasanya sekitar 80kg.        

            penyu sisik yang unik dan berbeda dari penyu laut lainnya. Mereka menunjukkan 5 fitur yang berbeda, yang termasuk kepala dengan dua pasang sisik prefrontal, sirip dengan dua cakar pada masing-masing, sisik menebal tumpang tindih tebal di karapas, empat pasang sisik menebal kosta dan mulut memanjang berbentuk paruh. Sisik menebal tumpang tindih ini membedakan memberikan makhluk spesies imbricata namanya.
            Reproduksi Penyu sisik, Usia yang tepat di mana kura-kura ini mencapai kematangan seksual tidak diketahui. Setiap 2-3 tahun, perkawinan berlangsung di perairan dangkal dan kopulasi mulai dekat pantai. Betina meninggalkan air selama musim kawin dan menggali sarang di pasir (vegetasi sebagian besar dekat). Proses keseluruhan memakan waktu bertelur 1-3 jam yang terdiri dari wilayah kliring, menggali lubang, meletakkan telur dan kemudian menutup lubang dengan pasir lagi. Kembalinya perempuan ke laut setelah telur diletakkan dan dikuburkan. 

Isu Konservasi           
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin sedikit. Di samping penyu belimbing, dua spesies lain, penyu Kemp’s Ridley dan penyu sisik juga diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN). Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead (Caretta caretta) digolongkan sebagai terancam punah. Hanya penyu pipih (Natator depressus) yang diperkirakan tidak terancam.

Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Untuk mencegah kepunahan penyu, terutama penyu belimbing, beberapa negara telah melindungi tempat bertelur penyu. Salah satunya adalah di Jamursba Medi, yang terletak di pantai utara Irian. Pantai itu baru-baru ini ditetapkan sebagai wilayah konservasi.
Keberadaan dan Upaya Pelestraian Penyu
            Taman Nasional Karimunjawa merupakan kawasan konservasi yang memiliki perwakilan lima tipe ekosistem perairan dan daratan yang terdiri atas ekosistem terumbu karang, padang lamun, mangrove, hutan pantai dan hutan dataran rendah. Kawasan ini juga merupakan habitat berbagai jenis fauna yang diantaranya adalah penyu hijau dan penyu sisik.
            Upaya konservasi dan pengelolaan penyu di dalam kawasan Taman Nasonal Karimunjawa telah dilaksanakan secara berkelanjutan yang dimulai dengan upaya identifikasi tempat pendaratan penyu hingga saat ini menginjak pada upaya penetasan semi alami. Hasil kegiatan identifikasi dan inventarisasi penyu (2003) menunjukkan bahwa penyu mendarat hampir di seluruh pulau di wilayah kepulauan Karimunjawa termasuk di dalamnya adalah kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
Jenis Penyu
            Berdasarkan hasil survey, dari bekas jejak dan bekas sarang yang ditemukan, di Karimunjawa terdapat 2 jenis penyu yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
Habitat Peneluran
            Habitat peneluran merupakan pantai daratan yang digunakan penyu untuk meletakkan telurnya dan kemudian kembali ke laut. Lokasi peneluran berdekatan dengan habitat perairannya. Walaupun penyu memiliki wilayah jelajah yang sangat luas, ketika musim kawin, penyu akan mendekati pantai peneluran.
Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau kecil dan memiliki ekosistem terumbu karang, berpotensi sebagai habitat penyu. Hampir seluruh pulau, 22 pulau dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan habitat peneluran penyu. Lokasi monitoring adalah pulau-pulau dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional II karimunjawa, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Pulau Geleang, Pulau Burung dan Pulau Menyawakan.
            memilih pantai yang tidak terlalu curam, kesukaan penyu pada daerah yang landai, kemiringan dengan kisaran antara 10 – 100, berhubungan dengan keinginan penyu untuk melewati daerah di atas batas pasang surut (Sunandar, 1998). Menurut Wicaksono (1999) dalam Sumaryati (2001) penyu membuat lubang untuk bertelur yang tidak tercapai air laut sehingga suhu dan kelembabannya akan terjaga dengan baik. Telur yang terkena air laut akan menyebabkan kerusakan sehingga gagal menetas.
            Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari Tahun 2003 – 2009 (sampai dengan Mei 2009) (Grafik 2), jumlah sarang yang ditemukan cenderung meningkat.
Musim Bertelur
            Penyu, satu kali musim bertelur bisa 3 – 4 kali bertelur dengan jarak waktu antara 14 – 25 hari. Setelah musim bertelur berakhir, penyu akan bertelur lagi sekitar 2 - 3 tahun kemudian. Seteleh bertelur penyu akan menjelajahi samudera dan ketika musim kawin akan kembali mendekati pantai peneluran.
Berdasarkan data yang tersaji dalam Grafik di bawah, terlihat bahwa sarang penyu banyak ditemukan pada bulan Desember sampai Maret. Hal ini bisa dikatakan bahwa musim penyu bertelur di Kepulauan Karimunjawa adalah Desember samapai bulan Maret, dan puncak musim bertelur adalah bulan Januari. Pada bulan April, temuan sarang masih cukup banyak tapi sudah mengalami penurunan. Hal ini akan berlangsung terus sampai bulan Nopember. Pada bulan Desember akan kembali meningkat.
Upaya Pelestarian
            Upaya pelestarian penyu perlu sedini mungkin dilakukan, karena untuk saat sekarang pantai peneluran penyu mengalami kerusakan yang sangat parah. Hal ini mengakibatkan populasi penyu di alam dari hari ke hari mengalami penurunan, bahkan semua jenis penyu masuk dalam kategori punah.






            Upaya pelestarian yang dilakukan Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah penetasan semi alami. Lokasi penetasan semi alami ini berada di Pulau Menjangan Besar masuk dalam wilayah kerja seksi pengelolaan taman nasional wilayah II Karimunjawa. Penetasan penetasan semi alami, telur diletakkan dalam suatu wadah (ember bertutup) yang diisi dengan pasir sampai penuh dan dibuat lubang yang menyerupai sarang. Telur dari sarang alami dipindahkan ke dalam ember berpasir.Kemudian telur dalam ember dibawa ke lokasi penetasan semi alami dan selanjutnya ditanam.Keuntungan dari penetasan buatan adalah terbebas dari predator dan suhu dan kelembaban sarang bisa diatur dengan cara membuka dan menutup tutup ember. Kelemahan penetasan buatan ini adalah pada waktu pemindahan sarang buatan (ember berpasir), terjadi goncangan yang bisa mengakibatkan telur penyu tidak menetas.
            Setelah telur menetas, tukik – tukik (anak penyu) dilepaskan kembali ke laut. Atraksi ini sangat menarik bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Hal ini dijadikan sebagai sarana wisata pendidikan. Diharapkan dengan melepaskan tukik kembali ke laut bisa menanamkan jiwa kepedulian terhadap upaya pelestarian penyu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar