Mesteri Laut yang belum terkuat dan mengesankan

Minggu, 08 Mei 2011

Kerang Hijau


PENDAHULUAN

Kerang hijau termasuk binatang lunak (Mollusca) yang hidup ditaut, bercangkang dua (bivalve) berwama hijau. Insangnya berlapis-lapis (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kerang hijau adalah plankton feeder, dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang byssus, hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1 - 7 meter dan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil. Terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada musimnya disepanjang pantai Indonesia yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Hidup di daerah pasang surut dan sub tidal, menempel kuat dan bergerombol pada benda-benda keras dengan menggunakan benang byssusnya.
Pengertian kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi. Dalam pengertian paling luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan dan sepadan dengan arti clam yang dipakai di Amerika. Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek. Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau katup) yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan suatu ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang.
Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut. Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi organ-organnya. Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu. Semua kerang adalah jantan ketika muda. Beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.

ISI
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori.

Dalam reproduksinya, Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious, bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 - 6 bulan kemudian.

Budidaya kerang hijau banyak dilakukan masyarakat petambak sekarang ini, karena dalam membudidaya kerang hijau ini banyak manfaat dan keuntungan yang akan diperolah. Apabila ingin membudidaya kerang ini, maka ada beberapahal yang harus dipertimbangkan. Misalnya saja lokasi, dalam pemilihan lokasi yang menjadi kawasan pengembangan budidaya kerang hijau diharapkan memenuhi persyaratan :
  • Terlindung dari arus kencang
  • Terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi
  • Dasar perairan lumpur berpasir dan jauh dari pengaruh sungai besar
  • Banyak terdapat benih kerang hijau
  • Perairan subur / banyak mengandung unsur hara dan zat makanan
  • Bebas dari Pencemaran Limbah Industri yaitu logam berat seperti Tembaga (Cu), Merkuri (Hg), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan Timah Hitam (Pb) serta air raksa (Hg) dan bebas dari pencemaran limbah rumah tangga seperti limbah organik yang dapat menyebabkan kritis oksigen terlarut dan mengandung banyak bakteri pathogen seperti Salmonella, Echericia coli, Clostridium dan Shigella, kerang hijau yang tercemar bahan pencemar diatas dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya.
  • Perairan yang baik untuk lokasi budidaya adalah parameter: Suhu 27oC - 37oC, pH 6-8, Kecerahan 3,5-4m Kedalaman 5 -20 m.Salinitas 27-35ppt.

Dalam pemilihan benih, pengumpulan benih/spat dapat menggunakan tali kolektor yang terbuat dari serabut kelapa, tali polyethylene, tali pintalan ijuk. Tali kolektor digantungkan pada perairan yang banyak terdapat benih kerang hijau. Secara alamiah benih-benih (spat) menempel pada tali kolektor kemudian dipindahkan ke wadah pembudidayaan. Lokasi yang tidak terdapat benih kerang hijau dilakukan transplantasi benih yang diambil dari daerah lain.

METODE BUDIDAYA

Budidaya kerang hijau dapat dilakukan dengan menggu-nakan 4 macam metoda yaitu: metoda tancap (post method), rakit apung (raft method), rakit tancap/rak (rack method) dan tali rentang (long line method). Sedangkan kondisi lingkungan perairan antara lain harus terhindar dari gangguan arus kencang, perubahan suhu yang mendadak, dan salinitasnya antara 27-35 permil. Selain itu harus terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi, jauh dari pengaruh sungai besar, bebas dari pencemaran limbah industri dan rumah tangga karena dapat membahayakan untuk dikonsumsi.    

            Kita akan ambil salah satu contoh teknik budidaya kerang hijau dengan menggunakan metode rakit apung. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya antara lain: tali, rakit (terdiri dari tali, bambu, pelampung) dan jangkar. Rakit yang digunakan dalam metoda ini berfungsi untuk mengumpulkan spat (benih kerang). Dan sekaligus sebagai tempat pembesaran dengan menggunakan tali kolektor tempat menempelnya spat. Rakit terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kerangka untuk menggantungkan tali dan unit pelampung. Guna menyangga rakit supaya tetap menga-pungserta jangkar atau pemberat sebagai penahan rakit.

            Ada dua macam bahan yang digunakan untuk membuat kerangka yaitu bambu dan kayu, namun pada umumnya yang digunakan adalah bahan dari bambu. Untuk rakit dengan ukuran 6m x 8m (48 m2) dibutuhkan bambu 18 batang. Dengan jumlah tali gantungan untuk 1 unit adalah 96 tali dengan panjang 3 meter per tali. Sedangkan untuk pelampung menggunakan drum plastik sebanyak 8 buah. Dan untuk pemberatnya menggunakan karung semen sebanyak 2 buah dengan bobot masing-masing pemberat 25 kg.       

            Perairan dengan dasar berlumpur lebih cocok menggunakan tongkat kayu. Sedangkan jenis penahan/ pemberat lainnya dapat digunakan pada dasar perairan berpasir.      

            Panen kerang hijau dapat dilakukan setelah kerang berumur 5 – 6 bulan atau telah berukuran 6 – 8 cm. Atau bisa juga disebut sebagai “ukuran tusuk”. Satu unit usaha dengan ukuran 6m x 8m dapat menghasilkan 2.880 kg kerang hijau.   

            Tali kolektor yang telah dipenuhi kerang hijau yang siap dipanen dibawa ke darat untuk dilakukan perontokan. Kerang dirontokkan dengan menggunakan alat lempeng besi yang tajam sehingga pada saat mengikis kerang, benang byssusnya tidak tercabut dari tubuhnya.

            Setelah kerang dibersihkan dari lumpur, pasir dan hewan-hewan yang menempel, kemudian kerang direndam di air yang tidak tercemar dalam kondisi terkontrol (metoda depurasi). Tahap selanjutnya adalah penanganan daging kerang hijau. Untuk skala kecil dapat dilakukan secara manual.

PANEN DAN PASCA PANEN
           
            Ukuran konsumsi kerang hijau pada umumnya adalah ukuran sedang atau ukuran tusuk sate yaitu 6 - 8 cm. Kerang hijau dapat dipanen setelah 5 - 6 bulan pemeliharaan. Kerang hijau yang bermutu baik adalah yang berdaging tebal dan berwarna krem. Pemanenan sebaiknya menggunakan pisau atau benda yang tajam untuk pengikisan kerang hijau sebab apabila pisau yang digunakan tumpul kerang hijau yang dipanen akan cepat mati karena luka pada benang byssus, sehingga akan berkurang nilai ekonomisnya.


Sanitasi
            Dengan sifat kekerangan sebagai plankton feeder atau filter feeder cenderung menimbun semua unsur yang tersaring di dalam ususnya, sehingga bakteri dan mikro organisme lain yang terdapat dalam perairan sekitamya terkumpul sampai mencapai tingkat yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan konsumen.Kontaminasi dapat terjadi saat penanganan pasca panen. Daging kerang yang terkena air kotor masuk melalui cangkang kerang yang terbuka. Air kotor yang berada di lokasi kerang akan masuk melalui cangkang kerang pada saat terbuka ke daging kerang sehingga dapat terkontaminasi. Oleh karena itu sanitasi terhadap kekerangan pada saat pasca panen harus diperhatikan.

Depurasi
            Depurasi adalah suatu proses penanganan pasca panen yang bertujuan untuk membersihkan kerang-kerangan dari bahan-bahan pencemar dan beracun yang terdapat di dalam daging dan cangkang kerang. Cara sederhana dengan merendam kerang didalam air bersih dalam kondisi terkontrol, atau dapat juga dengan cara mengalirkan air dengan kondisi kerang terendam didalam air.

Bentuk Produk Olahan Kerang
            Penanganan skala kecil dapat dilakukan secara manual, sedangkan untuk skala besar diperlukan mekanisasi penanganan pasca panen seperti alat pengelompok, alat pembersih insang.











Banyak Daerah Sukses dari Kerang Hijau           

            Salah satu daerah yang berhasil mengembangkan budidaya ini adalah Banten dan Cirebon. Rata-rata para nelayan di Cirebon menghasilkan kerang hijau dari rakit apung dan rakit tancap sekitar 6 ton per unit dengan nilai sekitar Rp 4,2 juta. Kerang hijau yang baru dipanen dihargai Rp 700 per kg. Jika kerang sudah dibersihkan dan dilepas dari kulitnya bisa dijual Rp 1.200 per kg.      

            Untuk wilayah Cirebon saja diperkirakan bisa memproduksi kerang hijau sebanyak 10 ribu ton per tahun. Sedangkan Banten baru sekitar 3 ribu ton pertahun. Jika melihat kebutuhan untuk sebagian besar hotel dan restoran di Jakarta saja, yang setiap harinya membutuhkan setidaknya mencapai 100 ton kerang hijau. Tak heran bila peluang budidaya komoditas perikanan yang satu ini masih sangat terbuka luas.      

            Tak hanya itu, budidaya kerang hijau ini juga mempunyai hasil ikutan yang lain. Misalnya, cangkang yang memiliki warna cukup indah itu dapat digunakan sebagai bahan hiasan dan kerajinan rumah tangga. Selain itu dapat pula diolah menjadi grit sebagai bahan pakan ternak unggas.

            Banyaknya permintaan ekspor akan komoditas ini dikarenakan kerang hijau memiliki nilai gizi tinggi dibandingkan dengan sumber makanan lainnya seperti daging sapi, kambing, ayam dan telur. Dagingnya mengandung beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, yodium, thiamin, riboflavin, niasin, asam panthothenat, pyridoxine, biotin, B-12 dan asam folic.       

            Komposisi kerang hijau terdiri dari: 40,8% air; 21,9% protein; 14,5% lemak; 18,5% karbohidrat; dan 4,3 % abu. Meskipun daging kerang hijau hanya sekitar 30% dari bobot keseluruhan (daging dan cangkang), tetapi dalam 100 gr daging kerang hijau mengandung 100 kalori yang tentunya sangat bermanfaat untuk ketahanan tubuh manusia.         

            Selain itu, pada daging kerang hijau juga terdapat zat yang dapat membantu meningkatkan kerja organ hati dalam tubuh manusia. Sedangkan ekstrak daging kerang hijau bermanfaat sebagai anti rematik dan arhtritis (penyakit radang sendi). Selain untuk konsumsi manusia daging kerang hijau digunakan pula sebagai alternatif pengganti tepung ikan.

            Kerang hijau sendiri termasuk ke dalam golongan binatang lunak (molusca). Bercangkang hijau yang hidup di laut dan menempel pada substrat seperti karang, tiang bagan, tiang dermaga, dan lain-lain. Kerang hijau dapat hidup pada perairan dengan kadar garam 27-35 0/00 pada kedalaman 1-7 meter.  

            Seekor kerang hijau dewasa mampu menghasilkan telur sebanyak 12.000.000 butir yang dilepaskan ke air. Setelah dibuahi, telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva dan hidup di perairan sebagai plankton. Setelah lebih kurang dua minggu, larva tersebut akan mencari substrat untuk menempel dan tumbuh menjadi kerang dewasa.  

            Benih kerang hijau dapat diperoleh dengan kolektor, yaitu suatu benda padat yang berupa tali plastik (PE), jaring monofilamen, atau incin yang dibenamkan ke dalam air. Apabila di suatu perairan diperkirakan cocok untuk budidaya kerang hijau tetapi tidak ada benihnya, maka hal tersebut dapat diatasi dengan jalan transplantasi atau melakukan introduksi benih kerang hijau ke perairan tersebut.

            Di Indonesia kerang hijau memijah sepanjang tahun, namun untuk bisa mendapatkan benih yang banyak biasanya bisa didapat pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Kecepatan pertumbuhan rata-rata 0,7-1,0 cm per bulan, dan setelah berumur 6-7 bulan kerang hijau dapat dipanen. Secara ekonomi, budidaya kerang hijau dinilai sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, satu bagan tancap yang berukuran 25 x 10 m2 mempunyai potensi produksi sekitar 20 – 28 ton kerang hijau dengan nilai jual bisa mencapai Rp 14.000.000 (jika asumsi harga per kilo Rp 500).

            Berdasarkan perhitungan untuk memulai usaha budidaya diperlukan modal awal sekitar Rp 5.000.000. Lokasi budidaya kerang hijau disarankan di perairan yang relatif tenang (tidak terbuka), sehingga dapat menghindari ombak besar yang dapat merusak sarana produksi.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. bang ane nanya daftar pustakanya dari mana dan tolong kasih tahunnya dan selengkap"nya ???
    tolong di jawab :)

    BalasHapus